
ORANG-ORANG yang telah terinfeksi bakteri Tuberculosis atau TBC tidak secara otomatois akan menderita TBC. Bahkan mayoritas orang yang terinfeksi dapat membersihkan infeksinya sendiri.
Mereka yang terinfeksi bakteri Tuberculosis ini, 90%-nya adalah kelompok usia dewasa dan lebih banyak pada laki-laki dibanding pada perempuan. Sementara salah satu tantangan utama dalam penanggulangan TBC adalah dalam hal diagnosis infeksi dan penyakit TBC, terlebih lagi pada keadaan koinfeksi dengan HIV.
Tuberkulosis dan HIV merupakan masalah kesehatan di dunia dan terlebih di Indonesia dimana penanggulangannya memerlukan pemahaman dan pendekatan secara multidisiplin, klinis dan kesehatan masyarakat, serta mempertimbangkan aspek kemanusiaan.
Untuk saat ini cara diagnosis TB telah berkembang, antara lain GeneXpert M. tuberculosis/ resistance to Rifampicin (MTB/ RIF) atau Xpert MTB/ RIF Ultra Assay yang dapat menentukan ada tidaknya bakteri Tuberkulosis sekaligus menentukan adanya resistensi terhadap obat Rifampicin.
Rekomendasi WHO
Tes ini direkomendasikan oleh WHO sebagai lini pertama penegakan diagnosis menggantikan pemeriksaan mikroskopis apusan sputum.
Dikatakan salah satu cara pencegahan TBC pada pasien HIV adalah pemberian terapi pencegahan tuberkulosis atau sering disebut sebagai TPT yaitu memberikan kombinasi satu atau dua macam obat TBC kepada pasien HIV yang tidak sedang menderita penyakit TBC yang aktif.
TPT diberikan antara 3 sampai 6 bulan tergantung dari jenis obat TPT yang diberikan, yaitu 3 bulan untuk obat INH + Rifapentin atau 6 bulan dengan obat INH. Pemberian TPT diharapkan mencegah pasien HIV untuk muncul penyakit TBC, dan efek perlindungan dari TPT ini dapat mencapai 3-5 tahun.
Penyakit TBC dan HIV masih merupakan masalah dalam klinis medis, kesehatan masyarakat dan sistem Kesehatan, serta kemanusiaan karena masih adanya stigma dan marjinalisasi pada penderitanya.
Sudah saatnya kita lebih toleran, lebih tidak menghakimi, dan dapat memberikan layanan dengan pikiran dan hati yang terbuka. (AGT/N-01)
(Prof. dr. Yanri Wijayanti Subronto, PhD, SpPD-KPTI, FINASIM., Dosen Spesialis Penyakit FK-KMK UGM)