REVOLUSI industri 4.0 atau disebut juga revolusi digital telah mendisrupsi banyak hal. Miliaran masyarakat dunia terhubung melalui jaringan digital yang dapat meningkatkan efisiensi organisasi secara dramatis. Perkembangan teknologi baru di era sekarang ini memadukan dunia fisik, digital, dan biologis, yang memengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industri. Fenomena ini mengubah karakteristik pekerjaan di semua sektor industri.
Pasar tenaga kerja global mengalami disrupsi sebagai dampak dari revolusi digital, green transition, serta perubahan geopolitik dan sosial lainnya. Menurut Future of Jobs Report 2023 yang dirilis World Economic Forum (WEF), dalam 5 tahun mendatang, diprediksi terciptanya 69 juta pekerjaan baru dan menghilangnya 83 juta pekerjaan.
Adopsi teknologi tingkat lanjut dan digitalisasi seperti big data, cloud computing, dan AI (artificial intelligence) menyebabkan gejolak pasar tenaga kerja yang signifikan dalam penciptaan lapangan kerja. Selain itu, skills yang perlu dimiliki pekerja pun akan terdisrupsi, dimana keterampilan kognitif (analytical thinking, creative thinking), efikasi diri, literasi teknologi menjadi yang teratas dalam daftar 10 skills utama bagi pekerja di tahun 2023.
Tantangan Pendidikan Vokasional di Era Revolusi Industri 4.0
Keterampilan kognitif menjadi yang teratas dalam daftar yang dianggap paling penting bagi pekerja pada tahun 2023. Pemikiran analitis dianggap sebagai keterampilan inti oleh lebih banyak perusahaan daripada keterampilan lainnya. Pemikiran kreatif berada di urutan kedua, di atas tiga keterampilan efikasi diri – ketahanan, fleksibilitas, dan ketangkasan; motivasi dan kesadaran diri; dan rasa ingin tahu dan pembelajaran sepanjang hayat – agar pekerja mampu beradaptasi dengan tempat kerja yang terdisrupsi.
Pemerintah berupaya merespon tantangan revolusi industri 4.0, ancaman pengangguran, dan bonus demografi dengan fokus meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kebijakan revitalisasi pendidikan vokasional Indonesia yang mencakup, 1) sistem pembelajaran, 2) satuan pendidikan, 3) peserta didik, dan 4) pendidik dan tenaga kependidikan. Revitalisasi sistem pembelajaran meliputi, 1) kurikulum dan pendidikan karakter, 2) bahan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, 3) kewirausahaan, 4) penyelarasan, dan 5) evaluasi.
Satuan pendidikan meliputi, 1) unit sekolah baru dan ruang kelas baru, 2) ruang belajar lainnya, 3) rehabilitasi ruang kelas, 4) asrama siswa dan guru, 5) peralatan, dan 6) manajemen dan kultur sekolah. Elemen peserta didik meliputi, 1) pemberian beasiswa dan 2) pengembangan bakat minat. Elemen pendidik dan tenaga kependidikan meliputi, 1) penyediaan, 2) distribusi, 3) kualifikasi, 4) sertifikasi, 5) pelatihan, 6) karir dan kesejahteraan dan 7) penghargaan dan perlindungan.
Penguatan empat elemen tersebut membutuhkan gerakan kebaruan untuk merespon era revolusi industri 4.0. Salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah adalah gerakan literasi baru yaitu: 1) literasi digital, 2) literasi teknologi, dan 3) literasi manusia, yang diprediksi menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di era revolusi industri 4.0. (Aoun, 2017). Literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital (Big Data), literasi teknologi bertujuan untuk memberikan pemahaman pada cara kerja mesin dan aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi dan penguasaan ilmu desain (Aoun, 2017).
Making Indonesia 4.0: Kebutuhan SDM Industri Otomotif
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian (2019) telah menyusun inisiatif “Making Indonesia 4.0” untuk mengimplementasikan strategi dan peta jalan revolusi industri 4.0 (4IR) di Indonesia. Peta jalan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendidikan. Peta jalan Making Indonesia 4.0 memberikan arah dan strategi yang jelas bagi pergerakan industri Indonesia di masa yang akan datang, termasuk di lima sektor yang menjadi fokus dan 10 prioritas nasional dalam upaya memperkuat struktur perindustrian Indonesia.
Kunci dalam kesuksesan implementasi program Making Indonesia 4.0 termasuk pada sektor otomotif adalah SDM (sumber daya manusia) industri. Oleh karena itu, skills (keterampilan) pekerja dan calon pekerja perlu disiapkan dengan baik. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2020 yang bertema “Peningkatan SDM untuk Pertumbuhan Berkualitas”, ditetapkan 5 prioritas nasional, yaitu: (1) pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan; (2) infrastruktur dan pemerataan wilayah; (3) nilai tambah sektor riil, industrialisasi dan kesempatan kerja; (4) ketahanan pangan, air, energi, dan lingkungan hidup; (5) stabilitas pertahanan dan keamanan. Pendidikan vokasional sebagai pencetak SDM, memiliki peran pada terwujudnya prioritas nasional tersebut khususnya prioritas pertama.
Digitalisasi Kurikulum & Pembelajaran Teknik Otomotif
Digitalisasi kurikulum dan pembelajaran adalah proses mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses belajar mengajar di kelas. Salah satu metode yang mengintegrasikan teknologi untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih efektif adalah pembelajaran Lesson Study. Pembelajaran Lesson Study merupakan pendekatan kolaboratif dimana guru terlibat dalam perencanaan, pemantauan dan perbaikan pembelajaran. Dalam konteks digitalisasi, teknologi dapat menjadi alat yang dapat mendukung pembelajaran di kelas.
Dalam pembelajaran digital, guru dapat menggunakan platform atau perangkat lunak khusus untuk berkolaborasi dalam perencanaan dan pengembangan pembelajaran. Guru juga dapat merekam pelajaran dan membagikannya untuk dianalisis dan dievaluasi oleh kelompok guru lain. Selain itu, teknologi dapat digunakan untuk memantau dan menganalisis data pembelajaran siswa, memungkinkan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa secara lebih efektif. Jika dipadukan dengan pendekatan Lesson Study, teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar di kelas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa observasi digital menggunakan smartphone memungkinkan guru memiliki dokumentasi yang lebih detail dan fokus. Selain itu, ada manfaat lain rekaman tersebut dapat diputar ulang untuk melihat refleksi pembelajaran sesuai dengan RPP dan bisa juga didiskusikan lebih lanjut dalam konteks lesson study kolaboratif. Penelitian lanjutan untuk menyempurnakan sistem observasi pembelajaran secara digital ini dengan judul penelitian an Android-Based E-Observation Application on Lesson Study Learning in Vocational High Schools. Penggunaan e-observation dalam Lesson Study diharapkan dapat menghasilkan evaluasi yang lebih efektif karena dapat ditampilkan berulang kali untuk menggali secara nyata apa yang terjadi selama proses pembelajaran.
Temuan penting dari penelitian ini adalah bahwa proses pembelajaran dalam Lesson Study merupakan prototipe dengan karakteristik unik dalam tiga langkah yaitu “plan, do, and see”. Ketiga proses tersebut terintegrasi artinya saling terkait erat satu sama lain. Aplikasi ini memberikan kontribusi yang lebih signifikan karena hasil pengamatan disimpan dengan cara yang terdokumentasi dengan baik dan tersedia dalam jangka panjang dibandingkan pengamatan manual.
Roadmap Pengembangan Kurikulum & Pembelajaran Teknik Otomotif
Studi komparatif kompetensi digital mahasiswa pendidikan teknik otomotif menjadi landasan penting dalam desain pengembangan kurikulum pendidikan teknik otomotif yang berbasis pada kendaraan listrik (EV). Dalam desain pengembangan kurikulum, akan diperhatikan bagaimana mengintegrasikan pemahaman dan keterampilan teknis tradisional dengan kompetensi digital yang relevan untuk mempersiapkan mahasiswa vokasional teknik otomotif dalam menghadapi tantangan industri otomotif masa depan. Setelah desain kurikulum selesai, langkah selanjutnya adalah implementasi kurikulum tersebut di lembaga pendidikan. Selama proses implementasi, akan ada peran penting bagi instruktur dan staf pendidikan dalam mengenalkan dan melaksanakan kurikulum yang baru. Setelah kurikulum diimplementasikan, evaluasi kurikulum secara teratur perlu dilakukan untuk mengevaluasi efektivitasnya dalam memenuhi tujuan pendidikan dan kebutuhan mahasiswa. Evaluasi tersebut akan membantu dalam mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan, serta memberikan umpan balik yang berharga untuk proses pengembangan dan penyempurnaan kurikulum vokasional teknik otomotif berbasis EV di masa depan. (*)
(Prof. Dr. Iwa Kuntadi, M.Pd)
Guru Besar Ilmu Kurikulum dan Pembelajaran Teknik Otomotif UPI