
ANGKA penderita Alzheimer di Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya populasi lanjut usia. Data Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 4,2 juta penduduk Indonesia hidup dengan Alzheimer, menjadikannya salah satu tantangan kesehatan terbesar bagi masyarakat menua.
Dokter geriatri UGM, DR. dr. Probosuseno, Sp.PD-KGer(K), FINASIM., SE., MM., menjelaskan bahwa Alzheimer merupakan penyakit degeneratif akibat kerusakan jaringan otak yang mengganggu memori, perilaku, dan kemampuan berpikir.
Untuk pencegahan sejak usia muda, ia memperkenalkan metode “MAS OK”, yaitu:
- M (Mother of Learning): membiasakan membaca, mendengarkan, menulis, dan menjelaskan ulang untuk merangsang otak.
- A (Agama): doa, kegiatan spiritual, dan sujud yang membantu menstabilkan pikiran.
- S (Seni dan Sosial): keterlibatan dalam seni dan aktivitas sosial untuk menjaga kesehatan mental.
MAS OK dan pola hidup sehat
Selain itu, ia merangkum pola hidup sehat melalui rumus “OK”, yang meliputi minum obat teratur bagi penderita penyakit kronis, rutin kontrol kesehatan, membawa identitas lansia, menjaga interaksi sosial, serta berolahraga konsisten.
Menurutnya, terdapat 15 faktor risiko yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap Alzheimer, di antaranya diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, obesitas, polusi, merokok, depresi, pendidikan rendah, gangguan pendengaran dan penglihatan, kurang olahraga, minim interaksi sosial, cedera kepala, kurang cahaya matahari, dan jarang beraktivitas di luar.
“Faktor-faktor ini tidak membuat seseorang pasti terkena Alzheimer, tetapi meningkatkan kemungkinan terjadinya demensia,” ujar dr. Probo, Selasa (25/11), dikutip dari laman UGM.
Ia menegaskan bahwa aktivitas fisik adalah cara paling mudah dan terbukti efektif menunda munculnya Alzheimer. Berjalan kaki 30 menit per hari sudah memberi manfaat signifikan, dengan target 3.000-5.000 langkah untuk lansia dan 5.000-7.000 langkah untuk usia muda. Aktivitas dapat dicicil beberapa kali dalam sehari.
Ia juga menyarankan waktu terbaik berolahraga pada pukul 07.00–10.00 karena paparan cahaya matahari pagi membantu mengatur hormon suasana hati dan memperbaiki kualitas tidur. Bagi lansia dengan keterbatasan gerak, latihan dapat diganti dengan senam otak, latihan otot ringan, atau gerakan tubuh dasar.
“Yang terpenting tubuh tetap aktif, karena kurang gerak justru mempercepat terjadinya demensia,” pesannya. (*/S-01)







