
MENYABUT 1 Muharram atau Tahun Baru Islam, setiap daerah punya tradisi sendiri-sendiri dalam merayakannya. Di Kraton Yogyakarta ada Barisan Bisu atu dikenal sebagai Mubeng Beteng.
Sebuah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta dan khususnya keluarga lingkungan Kraton untuk menyambut tahun baru Islam.
Barisan Bisu sebuah tradisi melibatkan jalan kaki mengelilingi benteng kraton dalam suasana hening, tidak berbicara sepatah kata pun.
Tujuan Barisan Bisu atau Mubeng Beteng untuk introspeksi diri, refleksi diri, memohon keselamatan dan keberkahan. Juga sebagai simbol keprihatinan dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi Barisan Bisu dimulai pukul 23.00 WIB,dari Keben mengelilingi empat Beteng Kraton.
Masyarakat dipersilakan berpartisipasi dengan mengenakan busana rapi, tidak mengenakan celana pendek, dan berlaku tertib (tidak berbicara) selama prosesi mubeng beteng berlangsung. Para peserta dilarang merokok, makan maupun minum.
Para abdi dalem juga terlibat dalam tradisi ini dengan menggunakan busana tradisional abdi dalem kraton.
Sebelum pelaksanaan Mubeng Beteng, biasanya diadakan pembacaan tembang-tembang macapat di pelataran Kagungan Dalem Kamandhungan Lor atau Keben.
Selain di Kraton Yogyakarta, Puro Pakualaman juga mengadakan tradisi Lampah Ratri Mubeng Beteng dan pagelaran wayang kulit.
Tradisi Lampah Ratri Mubeng Beteng berupa kirab memutari Puro Pakualaman dengan tapa bisu atau tidak berbicara. Tradisi 1 Muharram di berbagai daerah cukup beragam, mulai dari pawai obo, karnaval dan lainnya. (*/S-01)