Koin Jagat Diburu Bukti masih Rendahnya Literasi Digital

KOIN Jagat dalam beberapa pekan ini menghebohkan masyarakat. Sebab banyak orang ikut berburu koin berhadiah. Para pemburu Koin Jagat ini rela melakukan perusakan tempat-tempat umum.

Permainan ini menjanjikan reward berupa uang tunai yang akan diberikan kepada para pemain yang bisa menemukan koin-koin yang tersebar di berbagai tempat.

Tentu saja terjadi pertemuan dua kepentingan antara para pemain dan masyarakat yang menggunakan fasilitas umum.

Fenomena permainan Koin Jagat bukanlah hal baru, di Indonesia fenomena serupa sebelumnya pernah terjadi.

Demam Pokemon yang pernah booming juga memiliki konsep yang serupa dengan Koin Jagat.

Dari waktu ke waktu permainan seperti ini selalu menarik antusiasme tinggi dari masyarakat.

BACA JUGA  Delegasi 4 Negara Afrika Ikuti Pelatihan di Fapet UGM

Tingginya angka kemiskinan yang disebabkan tingginya angka pengangguran dan sempitnya lapangan pekerjaan menjadi faktor mengapa permainan seperti ini selalu laku di pasaran.

Waktu luang yang tersedia dan akses teknologi yang tidak terbatas menambah laku permainan ini.

Ditambah moda  permainan yang berhadiah uang tunai tentu saja menarik minat.

“Literasi digital yang rendah menyebabkan maraknya fenomena ini,” ungkap sosiolog Universitas Gadjah Mada, Nurul Aini, S.Sos., M.Phil, Kamis (23/1).

Koin Jagat berpengaruh pada kehidupan sosial

Menurut Aini, overstimulasi terhadap hiperrealitas tentu saja berpengaruh terhadap kehidupan sosial karena kehidupan sosial sendiri merupakan realitas.

Sehingga manusia tidak dapat melakukan interaksi-interaksi di dunia nyata. Tak hanya itu aspek adiksi atau kecanduan juga ada dalam permainan ini.

BACA JUGA  Inilah Beberapa Makanan yang Bisa Buat Keracunan

Aspek kecanduan dalam sosiologi merupakan problem sosial. Ada banyak problem sosial yang menyebabkan kecanduan seperti alkohol, judi, pinjol yang memiliki efek adiksi.

Apabila tidak dikelola akan menyebabkan adiksi.

“Efek kecanduan ini meningkatkan kriminalitas dan konflik serta merugikan tidak hanya dari segi material tetapi juga dari segi emosional,” ungkapnya.

Seluruh pihak, jelasnya wajib turut aktif dalam menanggulangi masalah ini.

Pihak developer memiliki tanggung jawab utama dalam mengembangkan permainan lebih aman dan tidak merugikan masyarakat.

“Terutama hak pengguna fasilitas umum adalah yang paling utama dan wajib dilindungi,” terangnya.

Selain itu, pemerintah menurutnya juga sebagai pemegang regulasi juga wajib mengontrol perkembangan game yang ada di Indonesia.

BACA JUGA  7 Dosen UGM Masuk Ilmuwan Berpengaruh Dunia

Selain mendorong masyarakat untuk lebih melek teknologi dan memiliki literasi digital yang baik.

Sebab, masyarakat yang sudah mendapatkan literasi akan lebih mudah untuk memfilter apa yang mereka mainkan.

“Apabila dirasa membahayakan lebih baik untuk menghindari saja karena ini bukanlah sebuah prestasi kerja sehingga tidak selayaknya kita mengejar itu,” kaya Aini. (AGT/S-01)

Siswantini Suryandari

Related Posts

Mahasiswa Harus Kuasai Ilmu Komunikasi di Era Digital

MAHASISWA harus kuasai ilmu komunikasi masa kini di tengah era digital dan geopolitik global. Hal itu menjadi fokus utama kuliah umum yang diadakan oleh PT Pertamina dan Fakultas Ilmu Komunikasi…

BSI Perkuat Transaksi Digital Lewat Layanan Mesin EDC

BANK Syariah Indonesia (BSI) terus mendorong penguatan transaksi digital lewat optimalisasi layanan mesin EDC (Electronic Data Capture) di seluruh tanah air. Hingga Maret 2025, volume transaksi EDC BSI syariah mencapai…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Mahasiswa Harus Kuasai Ilmu Komunikasi di Era Digital

  • May 7, 2025
Mahasiswa Harus Kuasai Ilmu Komunikasi di Era Digital

BSI Perkuat Transaksi Digital Lewat Layanan Mesin EDC

  • May 7, 2025
BSI Perkuat Transaksi Digital Lewat Layanan Mesin EDC

Ditolak Presiden Prabowo, Hasan Nasbi Kembali Pimpin PCO

  • May 6, 2025
Ditolak Presiden Prabowo, Hasan Nasbi Kembali Pimpin PCO

PSS tak Didampingi Pieter Huistra saat Bertandang ke Semarang

  • May 6, 2025
PSS tak Didampingi Pieter Huistra saat Bertandang ke Semarang