BANYAK keluarga merasa malu jika ada anak disabilitas. Para penyandang disabilitas ini, kemudian disembunyikan.
“Ini salah satu tantangan terbesar kita,” kata Ketua Bidang Pembinaan Prestasi NPC DIY, Dr. Rumpis Agus Sudarko dalam seminar Olahraga Disabilitas di Yogyakarta, Selasa (15/10).
Pengajar pada Departemen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Yogyakarta ini mengatakan para penyandang disabilitas bisa dilatih untuk menjadi atlet-atlet membanggakan.
Menurut dia olahraga memiliki banyak manfaat bagi para penyandang disabilitas. Tidak hanya menjadikan mereka ini sehat tetapi juga meningkatkan daya tahan tubuh dan kebugaran tubuh.
Di sisi lain melalui kegiatan olahraga juga akan membantu inklusi sosial serta mengurangi stigma yang kadang dialami oleh penyandang disabilitas.
“Dari sisi ekonomi, bahkan para penyandang disabilitas yang berprestasi bidang olahraga bisa mendapatkan penghasilan setelah berlaga menjadi juara,” kata Rumpis Agus.
Menurutnya yang lebih penting olahraga akan melatih anak-anak penyandang disabilitas menjadi lebih mandiri.
Anak disabilitas harus didukung
Semenara Asisten Deputi Olahraga Penyandang Disabilitas Kemenpora, Ibnu Hasan saat membuka acara menjelaskan Kemenpora terus mendukung terwujudnya inklusivitas bidang olahraga.
“Undang-undang No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menjamin bahwa penyandang disabilitas juga mendapatkan perlakukan, kesetaraan yang sama,” kata Ibnu Hasan.
“Tidak boleh lagi ada stigma negatif terhadap para penyandang disabilitas, termasuk kesempatan berolahraga”, lanjutnya.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan juga memberikan ruang tersendiri bagi penyandang disabilitas.
Pasal 31 undang-undang ini menyatakan Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas dilaksanakan dan diarahkan sebagai upaya mewujudkan kesetaraan berolahraga.
Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri, kesehatan, kebugaran, dan prestasi olahraga.
Risvani, orangtua anak penyandang disabilitas grahita, Muhammad Rafi Zulfandi menceritakan bagaimana dukungan lingkungan berpengaruh besar pada pencapaian prestasi anaknya.
“Proses Rafi menemukan bakatnya sangat panjang. Sempat saya ikutkan taekwondo, tetapi kurang nyaman,” ungkapnya.
“Saya berupaya terus hingga Rafi menemukan bakatnya, alhamdulillah cocoknya di badminton dan akhirnya berprestasi”, cerita Risvani.
Ke depan para orangtua, pendidik, serta pihak-pihak terkait untuk terus mendukung anak-anak penyandang disabilitas agar aktif bergerak dan mengembangkan potensi melalui olahraga. (AGT/S-01)