
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengindikasikan bahwa ia tidak akan memperpanjang masa penangguhan tarif selama 90 hari terhadap sebagian besar negara, yang akan berakhir pada 9 Juli mendatang. Penangguhan ini sebelumnya ditetapkan sebagai tenggat waktu untuk negosiasi perdagangan.
Alih-alih memperpanjang tenggat tersebut, Trump menyatakan bahwa pemerintahannya akan mengirimkan surat resmi kepada negara-negara mitra dagang, yang merinci sanksi tarif yang akan dikenakan kecuali mereka segera menyepakati perjanjian dagang dengan Amerika Serikat.
“Saya rasa saya tidak perlu memperpanjangnya. Itu bukan masalah besar,” ujar Trump dalam wawancara di Fox News, Minggu (29/6) waktu setempat.
Ia menegaskan, surat-surat tersebut akan mulai dikirimkan pada 9 Juli. “Saya akan kirim surat. Itulah akhir dari kesepakatan dagang,” tegasnya.
Penangguhan tarif berakhir 9 Juli
Trump menjelaskan, isi surat akan menyampaikan tarif yang akan dikenakan, mulai dari 20%, 25%, hingga 50%, tergantung pada defisit perdagangan dan perlakuan negara bersangkutan terhadap AS.
“Saya lebih suka langsung mengirim surat. Surat yang sangat adil, isinya: ‘Selamat, Anda boleh berdagang di Amerika Serikat, tetapi harus membayar tarif 25%, 20%, 40%, atau 50%. Saya lebih memilih cara itu,” ujarnya.
Trump juga menyebut bahwa tidak semua negara memerlukan proses negosiasi langsung. “Beberapa negara tidak terlalu kami prioritaskan. Kami tinggal kirim saja angkanya. Tidak perlu bertemu, kami sudah punya semua datanya,” katanya.
Sebagai contoh, Trump menyebut Jepang. “Saya bisa saja kirim surat ke Jepang: ‘Yang terhormat Jepang, Anda akan dikenakan tarif 25% untuk mobil-mobil Anda’.”
Pada konferensi pers di Gedung Putih Jumat lalu (27/6), Trump sempat meremehkan batas waktu tersebut dan mengakui sulitnya membuat kesepakatan dagang secara terpisah dengan setiap negara. Ia mengungkapkan bahwa pemerintahannya menargetkan 90 kesepakatan dalam 90 hari, namun dengan lebih dari 200 negara di dunia, hal itu dinilai tidak realistis. (*/S-01)