INDONESIA telah menjadi anggota Forum Ekonomi BRICS beranggotakan Brazil, Rusia, India, China dan South Africa sejak 6 Januari 2025.
Pakar Hubungan Internasional dari Fisipol UGM, Prof. Dr. Poppy Sulistyaning Winanti menilai masuknya Indonesia di BRICS untuk perkuat posisi diplomatik Indonesia di panggung global.
Salah satu alasan masuknya Indonesia dalam BRICS diakui Poppy tidak lepas dari upaya untuk menaikkan posisi tawar kepada dunia barat.
“Saya kira ini sebagai upaya Indonesia menaikkan posisi bargaining dengan posisi negara barat,” kata Poppy dalam keterangan kepada wartawan, Sabtu (11/1).
Menurut dia, masuknya Indonesia dalam BRICS juga sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak domestik dari dari kebijakan Presiden Donald Trump nantinya.
Sebab pengalaman selama ini tidak bisa diprediksi komitmen-komitmen internasional yang akan dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat tersebut.
“Dunia barat di bawah bayang-bayang Amerika Serikat penuh ketidakpastian lagi dari sisi konteks global apalagi dibawah periode kedua kepemimpinan Donald Trump,” katanya.
Perkuat Posisi Diplomatik
Namun Poppy masih mempertanyakan kekuatan BRICS menjadi alternatif forum ekonomi global.
Meskipun forum ekonomi ini memiliki dua badan keuangan, yakni New Development Bank dan Contingent Reserve Arrangement diakui bisa memberikan kontribusi dari sisi ekonomi.
Poppy menilai masih menyangsikan apakah dua badan keuangan mampu menggantikan peran IMF atau World Bank.
”Masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu digali lebih dalam karena 80% negara di dunia masih menggunakan mata uang dollar. Apakah BRICS bisa menjadi alternatif,” ungkapnya.
Poppy menambahkan pemerintahan Prabowo Subianto juga perlu memikirkan potensi dan dampak dari kebijakan forum ini terkait perubahan-perubahan di tingkat domestik.
Memang tidak ada persyaratan yang dipenuhi dengan anggota lain di BRICS.
“Namun proses aksesi Indonesia di OECD dan proses reformasi ekonomi di tingkat domestik perlu juga dipikirkan,” katanya. (AGT/S-01)