
BADAN Pusat Statistik terbaru menyebutkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Juli 2024 mengalami deflasi sebesar -0,03% (mtd).
Sehingga inflasi kumulatif DIY hingga bulan Juli ini tercatat sebesar 0,53% (ytd).
Dengan realisasi tersebut, DIY mengalami inflasi tahunan sebesar 2,16% (yoy). Lebih rendah dibandingkan Juni yang tercatat 2,35% (yoy).
“Ini tidak terlepas dari sinergi dari berbagai upaya pengendalian inflasi yang dilakukan TPID dalam program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan atau GNPIP yang semakin solid,” kata Plh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Hermanto, Jumat (2/8).
Serta data IHK yang mengacu pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 dengan tambahan Kabupaten Gunungkidul yang mewakili daerah rural di DIY.
Menurut kondisinya, deflasi bulanan di DIY didorong oleh terkendalinya harga pangan strategis. Terutama bawang merah, cabai merah, buncis, tomat dan bawang putih.
Hermanto menyebutnya melandainya harga bawang merah karena sedang panen raya di Kabupaten Bantul.
“Sementara stok cabai merah, mencukupi di sejumlah daerah pemasok. Dan akan mencapai puncaknya pada Juli-Agustus ini,” jelasnya.
Terjadinya deflasi yang lebih dalam terganjal oleh tekanan yang berasal dari cabai rawit, beras dan perhiasan emas.
Menurut Hermanto, peningkatan harga cabai merah di sejumlah daerah disebabkan berkurangnya pasokan dari wilayah pemasok seperti Muntilan, Kabupaten Magelang.
Sementara naiknya harga beras terjadi karena berkurangnya pasokan. Masa panen raya padi sudah mendekati masa akhir sehingga pasokan berkurang.
“Volatilitas harga emas global akibat berlanjutnya ketidakpastian global turut menekan harga emas perhiasan domestik,” kata Hermanto.
Ia juga mengingatkan inflasi pada kelompok pendidikan juga ikut memicu tekanan harga. Di antaranya biaya sekolah dasar dan sekolah menengah pertama seiring dengan momentum tahun ajaran baru.
Bank Indonesia memperkirakan inflasi di DIY akan terjaga pada kisaran target yang ditetapkan. (AGT/S-01)