
DINAS Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung Jawa Barat membuka layanan angkutan sampah dalam jumlah besar secara gratis untuk masyarakat Bandung. Dengan adanya layanan ini diharapkan bisa dimanfaatkan warga untuk membuang sampah besar yang dimiliki.
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3 DLH Kota Bandung Salman Faruq mengatakan, layanan angkutan sampah besar gratis ini dilakukan melalui Unit Pelayanan Teknis (UPT) DLH Kota Bandung yang ada.
“UPTD memfasilitasi warga yang ingin membuang sampah besar dengan menyediakan layanan jasa angkut sampah besar. Sampah besar bisa di angkut dengan syarat tertentu yang telah ditetapkan,” kata Salman Faruq, Rabu (3/7).
Menurut Salman, beberapa syarat dan ketentuan tersebut di antaranya, maksimal sampah yang akan diangkut adalah dua sampah besar. Sampah besar tersebut sudah dalam keadaan siap diangkut ke mobil. Lokasi penjemputan tidak di dalam gang.
Jika sampah ada di dalam gang, bisa dibawa terlebih dahulu ke jalan besar yang bisa diakses kendaraan roda empat dan lokasi penjemputan atau pengangkutan berada di wilayah Kota Bandung.
“Agar sampah besar bisa diangkut, segera melakukan pendaftaran terlebih dahulu dengan hubungi nomor telepon Customer Service 022 7207889 atau mengirim Direct Message (DM) ke akun Instagram @upt_pengelolaansampah.dlhbdg,” jelas Salman.
Sementara itu di Kelurahan Neglasari, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung menjadi salah satu percontohan kelurahan pengelola sampah. Kelurahan Neglasari telah memulai inisiatif memilah sampah, jauh sebelum program Kang Pisman berjalan.
Lurah Neglasari, Indra Bayu Kamajaya mengatakan pada 2017, Kelurahan Neglasari sempat mendapat pendampingan dari DLH Kota Bandung soal pengelolaan sampah. Inisiatif ini telah berkembang dari hanya satu RW menjadi melibatkan seluruh 8 RW yang ada. Bahkan Kelurahan Neglasari kini menjadi tempat studi banding bagi kelurahan lain, LSM lingkungan, serta tamu dari luar negeri.
“Pada tahun 2020, Kelurahan Neglasari sempat tersisihkan oleh dua kelurahan baru yang menjadi percontohan, yaitu Cihaurgeulis dan Sukamiskin. Tetapi kami tetap bertekad untuk eksis tanpa bantuan langsung. Usaha ini membuahkan hasil dengan berbagai pengakuan, termasuk undangan sebagai narasumber acara internasional di Filipina,” jelas Indra.
Menurut Indra, saat ini di kelurahannya memiliki dua tim, yaitu tim edukasi dan tim pengolah. Pengelolaan sampah dilakukan dengan metode konvensional seperti kompos menggunakan bata terawang, loseda, atau maggotisasi yang terbukti efektif di lingkungan rumahan.(Rava/S-01)