SEJAK masa reformasi, Tahun Baru Imlek memang bebas dirayakan di Tanah Air. Tidak mengherankan jika hari raya itu kini bukan hanya disambut warga keturunan Tionghoa, tapi juga warga asli pribumi.
Hal itu salah satunya bisa dilihat di Vihara Tanda Bhakti di Kota Bandung, Jawa Barat. Saat perayaan Imlek, Vihara Tanda Bhakti menjadi simbol harmoni dan toleransi.
Vihara yang sudah didirikan sejak 1981 ini memiliki dua lantai. Lantai dua merupakan tempat sembahyang dan juga kebaktian bagi umat beragama Budha. Sedangkan lantai satu merupakan aula serbaguna yang dipakai untuk berbagai macam aktivitas seperti perkawinan, ulang tahun dan rapat.
Selain menjadi tempat Ibadah, vihara yang terletak di Kampung Toleransi tersebut juga sering dipakai untuk berbagai macam aktivitas olahraga seperti Beladiri Wushu, Taichi, dan juga tenis meja.
Lampion dan lilin
Menjelang perayaan Imlek, Vihara Tanda Bhakti telah menyiapkan sejumlah kegiatan. Di antaranya pemasangan lampion merah dan lilin. Termasuk menyiapkan
sejumlah sajian seperti kue keranjang dan berbagai permen serta manisan lainnya.
Setelah perayaan Imlek dilaksanakan, pertunjukan barongsai akan
diselenggarakan pada perayaan Cap Go Meh untuk menutup rangkaian acara tahun baru Imlek tersebut.
Pemimpin Sembahyang, Vihara tanda Bhakti, Heny di Vihara Tanda Bhakti mengaku senang dan bangga dengan banyaknya dukungan dari berbagai pihak untuk perayaan Imlek. Dia menyebut Bakal banyak yang datang ke viharanya saat perayaan Imlek nanti, termasuk warga sekitar.
“Warga sekitar vihara ikut mendukung, karena kita juga saling mendukung di kala mereka ada perayaan apapun. Kita menghargai dan menghormati
mereka begitupun sebaliknya,” ungkap Heny.
Harmonisasi
Menurut Heny, toleransi yang tinggi ini menghasilkan keamanan dan keharmonisan untuk seluruh umat beragama yang berada di kampung toleransi tersebut. Hal itu menunjukan hubungan yang baik antar umat beragama untuk menjaga kerukunan.
“Hubungan yang baik satu sama lain, tidak melihat suku atau ras. Kita tetap rukun satu sama lain agar tercipta suatu kerukunan yang lebih baik lagi,” terang Heny.
Suasana meriah dengan penuh warna juga terlihat di Vihara Dharma Ramsi Kota Bandung, ornamen-ornamen khas Imlek, seperti lampion merah, banner
bertuliskan kalimat berbahasa Tionghoa, dan hiasan bunga serta pohon-pohon kecil yang melambangkan keberuntungan, dipasang di seluruh bagian vihara.
Udara dipenuhi dengan aroma dupa yang harum, memberikan nuansa yang khusyuk namun tetap hangat. Pada saat seperti ini, banyak orang datang untuk berdoa melakukan ritual khusus seperti memberi sesaji atau menyalakan lilin dan memohon berkah, terutama menjelang pergantian tahun.
Simbol toleransi
Menurut aktivis di Vihara Dharma Ramsi, Chandra, di sini tidak hanya menjadi rumah doa bagi umat Buddha, tetapi juga simbol dari toleransi antar umat beragama. Hal itu bisa dilihat menjelang perayaan Imlek.
Suasana di vihara tersebut penuh dengan semangat dan kerjasama. Aktivitas persiapan yang dilakukan bersama umat menciptakan rasa kebersamaan yang mendalam.
“Tahun ini, persiapan untuk menyambut Tahun Baru Imlek terlihat lebih meriah dan antusiasme umat meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu dan ada sekitar 50 orang umat yang terlibat dalam membersihkan altar dan area vihara, tahun lalu, jumlahnya hanya 20 orang,” papar Chandra.
Menurut Chandra, menjaga kebersihan vihara adalah bagian penting dari tradisi. Vihara adalah rumah doa, rumah bagi dewa-dewa, jadi harus selalu bersih dan rapi. Dan pihaknya hanya punya satu minggu, dalam setahun untuk melakukan pembersihan total, pembersihan meliputi altar, tembok, hingga pagar yang jika sudah terlihat kusam akan dicat ulang. Semua ini dilakukan agar vihara selalu tampak segar, menyambut kedatangan tamu dengan suasana yang nyaman.
Trauma covid-19
“Tahun ini kami menyiapkan lebih banyak lilin, dengan jumlah mencapai lebih dari 100 lilin, meningkat 20 persen dibandingkan tahun lalu. Lilin-lilin ini akan dinyalakan sepanjang acara, yang dimulai pada 28 Januari dan berlangsung hingga malam 29 Januari 2025, acara ini buka 24 jam, lilin akan tetap menyala sepanjang waktu,” terang Chandra.
Chandra menambahkan, Vihara Dharma Ramsi meski tergolong muda, didirikan pada 1963 atau 1964, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Buddha di Bandung dan kini menjadi tempat berkumpul dan beribadah bagi sekitar 200 umat. Pandemi covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, meninggalkan kesan mendalam bagi umat di vihara.
“Kami benar-benar merasakan dampaknya, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi dan berharap agar pandemi tidak terulang. Sehingga segala aspek
kehidupan kembali membaik, mulai dari kesehatan, ekonomi, hingga kedamaian di Indonesia,” ucap Chandra. (Rava/N-01)