PT Kereta Api Indonesia Daop 6 Yogjakarta intensifkan mitigasi kebencanaan di musim penghujan tahun ini. Hal itu sebagai langkah antisipatif menyelamatkan perjalanan kereta api dari gangguan bencana hidrometrologi.
“Daop 6 intensifkan program mitigasi, sebagai kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, pohon tumbang, genangan dan kemungkinan sergapan petir pada instalasi komunikasi milik KAI,” ungkap Manager Humas Daop 6, Krisbiyantoro kepada Mimbar Nusantara, Selasa petang (5/11).
Menurut dia, bencana hidrometeorologi seperti curah hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, genangan, pohon tumbang, sergapan petir dan lainnya menjadi tantangan tersendiri bagi Daop 6 Yogyakarta.
Selain langkah mitigasi, Daop 6 juga terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengetahui perkembangan cuaca.
Cek lintasan
Dia menyebut intensitas hujan yang cukup tinggi belakangan ini, harus diwaspadai.
“Seperti cek lintas antar stasiun dengan jalan kaki dan menggunakan kereta pemeriksaan khusus, lalu pemeriksaan rutin harian oleh unit terkait,” sambung Krisbiyantoro.
Tindakan pengecekan secara rutin dilakukan pada drainase-drainase di sepanjang jalur KA. Hal ini sebagai bentuk perawatan rutin Daop 6 dan ketika terdapat intensitas hujan yang tinggi hal tersebut dilakukan lebih intensif.
Langkah taktis lainnya adalah perkuatan talud atau dinding penahan tanah untuk mencegah terjadinya longsor dan tanah amblas akibat arus air yang deras. Begitu halnya memgantisipasi pohon besar roboh ke jalur kereta, sehinga perlu penopingan, dengan melibatkan warga.
“Kami telah memetakan daerah-daerah pantauan khusus seperti banjir, longsor, dan pohon tumbang. Hal tersebut guna memudahkan dalam menentukan langkah mitigasi risiko karena titik-titik tersebut terpantau dengan baik,” sergah dia.
Tiga daerah pantauan
Menurut dia, terdapat tiga daerah pantauan khusus di wilayah Daop 6 Yogyakarta yaitu KM 75+1/9 antara Stasiun Goprak-Sumberlawang yang merupakan daerah pantauan khusus amblesan/ tanah labil.
Kemudian KM 93+5/8 antara Stasiun Salem-Kalioso yang merupakan daerah pantauan khusus banjir. Terakhir adalah KM 77+9/78+5 antara Stasiun Goprak-Sumberlawang yang merupakan daerah pantauan khusus longsor.
Langkah mitigasi risiko lainnya Daop 6 adalah menambah penangkal petir di tiang LAA, tower telekomunikasi, dan persinyalan. Hal ini penting, sebagai antisipasi sambaran petir yang bisa merusak sinyal kereta, yang berdampak keterlambatan waktu tempuh.
“Sejauh pengalaman, jika petir menyambar bisa mengganggu sinyal kereta. Memang belum pernah ada pembatalan pemberangkatan, karena Daop 6 masih bisa menggunakan metode manual,” ujar dia. (WID/N-01)