
BELAKANGAN ini ramai istilah duck syndrome ditujukan kepada orang tua kelas menengah di Indonesia.
Tetapi juga ditujukan kepada mahasiswa atau profesional muda yang ketakutan menghadapi kegagalan. Apa itu duck syndrome?
Duck Syndrome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang tampak tenang, bahagia, dan sukses di permukaan, tetapi sebenarnya sedang berjuang keras secara mental dan emosional di balik layar.
Asal-usul istilah:
Istilah ini diibaratkan seperti seekor bebek yang mengapung tenang di atas air, tetapi sebenarnya mengayuh kakinya dengan panik di bawah permukaan agar tetap bergerak.
Ciri-ciri Duck Syndrome:
- Tampak “baik-baik saja” di depan orang lain, tetapi mengalami stres, kecemasan, atau kelelahan secara diam-diam.
- Perfeksionisme atau tekanan untuk selalu terlihat berhasil.
- Sering terjadi pada pelajar, mahasiswa, atau profesional muda yang merasa harus memenuhi standar tinggi (terutama di lingkungan kompetitif).
- Tidak mau atau takut menunjukkan kelemahan karena khawatir dianggap gagal.
Dampak negatif:
- Gangguan kesehatan mental (seperti burnout, anxiety, depresi).
- Merasa sendirian karena tidak ada orang yang tahu kondisi sebenarnya.
- Sulit untuk meminta bantuan karena merasa harus tetap terlihat kuat.
Cara mengatasi:
- Mengakui bahwa tidak apa-apa untuk merasa kesulitan.
- Mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional (seperti konselor).
- Mengurangi tekanan untuk selalu sempurna.
- Menjaga keseimbangan antara kerja dan istirahat. (*/S-01)