Inflasi DIY 1,25% Lebih Tinggi Dibandingkan Februari

INDEKS Harga Konsumen (IHK) DIY bulan Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 1,25% (mtm) yang berarti lebih tinggi dibandingkan Februari 2025 yang mengalami deflasi sebesar 0,86% (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, Ibrahim mengatakan dengan perkembangan tersebut IHK DIY secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,52% (yoy).

“Berdasarkan kota IHK, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul pada periode laporan mengalami inflasi masing-masing sebesar 1,29% (mtm) dan 1,24% (mtm) atau secara tahunan masing-masing kota IHK tersebut mengalami inflasi sebesar 0,83% (yoy) dan 0,28% (yoy),” kata  Ibrahim, Selasa (8/4).

Menurut Ibrahim, inflasi terutama terjadi pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan BBRT (bahan bakar rumah tangga) seiring berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50% kepada pelanggan .

BACA JUGA  BPS Sebut Jawa Barat Inflasi 0,35 Persen Desember 2024

Berakhirnya kebijakan diskon listrik berdampak pada kembali normalnya tarif listrik bagi kelompok pelanggan prabayar untuk pembelian listrik pada bulan Maret 2025.

Sedangkan bagi kelompok pelanggan pascabayar, penggunaan listrik bulan Januari dan Februari setelah mendapatkan diskon ditagihkan pada satu bulan setelahnya, yaitu masing-masing Februari dan Maret.

Sementara Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, khususnya pada komoditas emas perhiasan juga turut memberikan andil terhadap inflasi pada periode Maret 2025.

Inflasi DIY berdampak pada harga emas

Inflasi emas perhiasan (0,07% mtm) dipicu oleh dinamika harga emas global ditengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Hal tersebut berdampak pada naiknya permintaan terhadap emas global yang tertransmisi pada emas perhiasan sebagai aset safe haven.

BACA JUGA  Laju Inflasi DIY Tertahan Harga Daging Ayam Ras

Sedangkan pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, inflasi ujarnya, disebabkan oleh komoditas bawang merah dan cabai rawit.

Andil inflasi bawang merah (0,07% mtm) dan cabai rawit (0,05% mtm) dipicu tekanan permintaan masyarakat yang meningkat pada momen HBKN Idul Fitri.

Selain itu, kata Ibrahim, terdapat keterbatasan pasokan di beberapa wilayah sentra produksi seperti Nganjuk, Magetan, dan Purwodadi.

“Namun demikian, tekanan inflasi pada kelompok ini tertahan oleh andil deflasi beberapa komoditas aneka sayurseperti buncis(0,08% mtm), tomat (0,03% mtm), dan kacang panjang (0,02% mtm),” ujarnya.

“Kondisi tersebut salah satunya disebabkan oleh kondisi pasokan yang terjaga di beberapa daerah pemasok seperti Magelang dan Wonosobo,” lanjut Ibrahim. (AGT/S-01)

BACA JUGA  BMKG Yogyakarta Kembali Keluarkan Peringatan Dini Cuaca

Siswantini Suryandari

Related Posts

Perluas Kemitraan, KAI Logistik Gandeng GP Ansor Jatim

DALAM upaya memperluas kemitraan di sektor pengiriman barang retail, KAI Logistik menjalin kerja sama dengan Gerakan Pemuda (GP) Ansor Provinsi Jawa Timur. Kemitraan ini menjadi bentuk konkret dari semangat kolaborasi…

Plakat Penghormatan Martabat Kemanusiaan untuk Paus

KETUA Umum GP Ansor Addin Jauharuddin menyerahkan Plakat Penghormatan Martabat Kemanusiaan untuk Paus Fransiskus kepada Romo Fadjar Tedjo Soekarno PR dari Keuskupan Malang. Penyerahan plakat di sela-sela inaugirasi Ansor Istimewa,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Harimau Berkeliaran di Areal Perkebunan, BBKSDA Riau Pasang Camera Trap

  • April 27, 2025
Harimau Berkeliaran di Areal Perkebunan, BBKSDA Riau Pasang Camera Trap

Bhayangkara Jaga Asa ke Grand Final Proliga

  • April 27, 2025
Bhayangkara Jaga Asa ke Grand Final Proliga

Korban Tenggelam di Sungai Progo belum juga Ditemukan

  • April 27, 2025
Korban Tenggelam di Sungai Progo belum juga Ditemukan

Puluhan Orang Tewas dalam Ledakan di Bandar Abbas Iran

  • April 27, 2025
Puluhan Orang Tewas dalam Ledakan di Bandar Abbas Iran