Pertobatan sang Raja Iblis

SUATU hari Jin Ifrit terbang ke langit. Tujuannya satu, yakni bertemu Alllah SWT. Wajahnya ditekuk. Sepertinya ia sadar betul bahwa misinya ini tidak akan mudah. Sebab Al-Mutakabbir hanya mau bertemu kepada siapa yang Dia kehendaki.

Apalagi mahkluk yang sudah dikutuk seperti dirinya, yang terusir dari langit akibat kesombongannya sendiri. Boleh dibilang peluang itu sangat kecil. Tapi bagaimanapun ia harus berusaha. Dia tidak punya pilihan lain. Hanya kepada Al-Khaliq ia bisa mengeluarkan uneg-unegnya.

Itu sebabnya meski agak ragu ia tetap membulatkan tekad menuju langit. Gerakannya tidak tergesa-gesa. Sesekali ia menarik napas panjang.

Tiba-tiba Ifrit terkejut karena langkahnya dihentikan Malaikat Jibril.

“Stop! Mau kemana kau Ifrit? Mau mencuri dengar berita langit?” ujar Jibril dengan kedua tangannya mengadang.

“Minggir kau Jibril! Aku tidak ada urusannya denganmu,” sergah Ifrit dengan nada kesal.

Ilustrasi. Iblis vs Malaikat (Dok.IG)

“Ketika kau berada di langit, itu menjadi urusanku,” balas Jibril. “Jadi katakan saja apa tujuanmu?’

“Aku mau bertemu Allah,” sahut Ifrit ketus.

“Hahahha…” gelak Jibril yang tidak bisa menutupi kegeliannya dan sekaligus keheranannya mendengar perkataan sang Raja Iblis itu.

“Ada apa kau tiba-tiba mau bertemu Al-Jabbar? Tidakkah kau merasa malu bertemu Al-Quddus dengan tanganmu yang berlumuran lumpur dosa?” tanya Jibril.

Ifrit tertunduk. Entah mengapa dia tidak marah dengan makian Jibril. Padahal biasanya ia tidak pernah mau kalah.

Hal itu membuat Jibril sedikit heran. Ia sampai menatap mahkluk yang diciptakan dari api itu dari atas ke bawah.

“Aku.., aku…,” kata Ifrit sedikit gagap tidak bisa melanjutkan kalimatnya. “Ini bukan urusanmu. Aku cuma mau bertemu dengan Tuhan kita,” kata dia akhirnya.

“Hahaha…” tawa Jibril lagi. “Ada apa denganmu kali ini? Sikapmu agak aneh dan mencurigakan,” ujar Jibril.

“Sudahlah…Antarkan saja aku menemui Tuhan kita. Nanti kau pun akan tahu tujuanku. Tapi tentu kalau kau mau ikut,” sembur Ifrit mengejek.

Sejenak Jibril seperti meragu. Dia masih merasa aneh dengan sikap Ifrit kali ini. Jibril pun kembali menatap Ifrit lekat-lekat yang membuat mahkluk itu agak kikuk.

“Hey, kenapa kau melihatku sedemikian rupa. Apakah kau tidak lagi punya akses untuk menghadapi Tuhan kita,” cetus Ifrit yang membuat Jibril kembali tersadar.

“Kalau kau tidak bisa, biar aku cari malaikat lain. Mikail mungkin mau,” ejek Ifrit

“Huh..!” dengus Jibril. “Aku yakin Allah SWT tidak akan mau menemuimu.”

“Hehe.., kau bukan Sang Penentu, Jibril,” si Iblis tersenyum menunjukan giginya yang hitam dan bertaring.

‘Bawa dia ke langit kelima..’ Tiba-tiba Jibril mendengar suara di telinganya yang membuatnya tercekat. Suara itu begitu jelas dan tegas. Namun anehnya Iblis tidak mendengar suara tersebut.

“Baiklah, aku akan mengantarmu ke Sidratul Muntaha,” ujar Jibril tiba-tiba setelah sempat tercekat sejenak

“Hehe…” Iblis kembali tersenyum. Kali ini dengan seringai kemenangan. “Ayo berangkat,” ujar Iblis setengah berjingkrak. Namun Jibril tidak menjawab.

Menuju langit kelima

Ilustrasi. Iblis vs Malaikat (Dok.IG)

Keduanya lalu kembali terbang. Di setiap lapisan langit, mereka selalu melapor kepada malaikat penjaga.

“Hey Jibril, mau apa kau bawa mahkluk laknat itu ke sini,” ujar malaikat penjaga langit kedua.

“Aku hanya menjalankan perintah-Nya,” jawab Jibril lalu bersama Ifrit, ia kembali melanjutkan perjalanan.

“Assalamulaikum, aku Jibril. Aku diperintahkan Al-Mutakabbir untuk membawa mahkluk hina ini,” kata Jibril saat melewati pintu langit ketiga.

Iblis hanya tersenyum menyeringai mendengar kata-kataJibril. Sesaat kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan sampai akhirnya di langit kelima.

“Kau diminta menunggu di sini,” kata Jibril akhirnya.

“Kenapa tidak ke Sidratul Muntaha,” protes Iblis. “Muhammad (SAW) saja diterima di Sidratul Muntaha. Bukankah tempat itu lebih dekat ke Arasy?”

“Karena kau tidak dikehendaki. Pula kau akan terbakar sebelum sampai Sidratul Muntaha,” tegas Jibril.

Keduanya lalu duduk di ruangan yang luas dan tenang. Tidak lama tubuh Ifrit seperti menegang. Sejurus ia tiba-tiba seperti mendengar suara yang begitu agung dan begitu tegas di telinganya.

“Ada apa kau ingin menghadap?” Demikian suara yang didengar Ifrit.

Seperti didorong oleh kekuatan tertentu, Ifrit langsung bersujud takluk. Tapi Jibril sama sekali tidak melihat itu. Ia bahkan tidak melihat Ifrit berbicara. Ia hanya melihat Raja Jin itu masih duduk, sementara ia juga duduk sambil memanjat puja-puji.

“Aku sudah tahu sebenarnya tujuan kedatangannya. Tapi Aku mau mendengar sendiri dari mulutmu.”

“Ampunkan hamba As-Salam…,” jawab iblis tercekat. “Aku.., aku…,” jawab iblis terbata-bata.

“Aku mewakili bangsaku…aku mau mencabut sumpahku dulu untuk menjadi penggoda manusia agar bersama-sama masuk neraka…”

“Aku, aku merasa, manusia sekarang tidak butuh kami lagi. Mereka bahkan tidak perlu digoda untuk berbuat dosa..” katanya terbata-bata.

“Malah justru bangsa kami kini yang harus belajar dari manusia. Bagaimana cara menghancurkan sesama, bagaimana cara merusak alam semesta, dan bagaimana cara mendustakan perintah-perintah MU..”

“Ampunkan hamba-Mu yang Allah…aku, aku hanya merasa tidak lagi berguna…” ujarnya putus asa.

“Mengapa aku harus memenuhi keinginanmu? Keputusan sudah dibuat…Kau pun setuju… Jadi tidak akan ada yang berubah. Pergilah..”

Ifrit tercekat dan tidak mampu bersuara lagi.. Ia tahu semuanya sudah final. Ia pun menepuk bahu Jibril dan mengajaknya kembali.

Sontak Jibril terkejut. Ia bahkan tidak tahu kapan Ifrit berbicara dengan Sang Khalik. Ia merasa seperti baru duduk, tapi ternyata sudah selesai…

“Ayo…”

Keduanya pun meninggalkan tempat tersebut. Tanpa suara. Hanya benak mereka dipenuhi pikiran masing-masing… (Mln/N-01)

Dimitry Ramadan

Related Posts

Ironi Gajah Sumatra Bantu Bersihkan Habitat Mereka yang Dirusak Manusia

BALAI Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menyertakan empat ekor gajah sumatera (Elephamus maximus sumatranus) bernama Abu, Mido, Ajis, dan Noni untuk ikut membantu membersihkan puing-puing pascabanjir bandang di Pidie…

Konservasi Elang Jawa Butuh Kolaborasi Multipihak

PERINGATAN Tiga Dekade Konservasi Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) menjadi momentum penguatan komitmen bersama dalam menyelamatkan salah satu satwa kharismatik Indonesia yang populasinya kian terbatas. Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Rohmat Marzuki…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Raih 31 Emas, Indonesia Tempati Posisi Dua Klasemen

  • December 14, 2025
Raih 31 Emas,  Indonesia Tempati Posisi Dua Klasemen

Tim Tenis Indonesia Sukses Kawinkan Medali Emas SEA Games

  • December 13, 2025
Tim Tenis Indonesia Sukses Kawinkan Medali Emas SEA Games

Awas! Siklon Tropis Bakung dan Bibit Siklon Bisa Akibatkan Gelombang Tinggi

  • December 13, 2025
Awas! Siklon Tropis Bakung dan Bibit Siklon Bisa Akibatkan Gelombang Tinggi

Ironi Gajah Sumatra Bantu Bersihkan Habitat Mereka yang Dirusak Manusia

  • December 13, 2025
Ironi Gajah Sumatra Bantu Bersihkan Habitat Mereka yang Dirusak Manusia

Jelang Nataru, Wali Kota Semarang Pastikan Harga Bahan Pokok Terkendali

  • December 13, 2025
Jelang Nataru, Wali Kota Semarang Pastikan Harga Bahan Pokok Terkendali

Gubernur Jateng Minta Anggota PDGI Menyebar Sampai Desa

  • December 13, 2025
Gubernur Jateng Minta Anggota PDGI Menyebar Sampai Desa