Ironi Perempuan di Negeri Raksasa Demokrasi

  • Opini
  • July 22, 2024
  • 0 Comments

SEBAGAI negara adidaya, Amerika Serikat memang kerap menjadi rujukan negara-negara lain dalam menerapkan demokrasi. Tidak mengherankan jika saban kali negeri ‘Paman Sam’ itu menggelar Pemilihan Presiden, hampir semua negara memberi perhatian, tidak terkecuali negara-negara yang berseberangan dengan mereka seperti Rusia, Tiongkok, ataupun Iran.

Pun pada Pilpres kali ini. Apalagi ditambah dengan insiden penembakan terhadap kandidat dari Partai Republik Donald Trump dan kemudian mundurnya kandidat Presiden dari partai Demokrat yang juga Presiden petahana Joe Biden. Semua itu seperti menjadi drama tersendiri.

Sebab saat menyatakan mundur, Biden terang-terangan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris untuk maju sebagai kandidat dari Partai Demokrat. Itu berarti peluang munculnya kembali calon presiden perempuan dalam Pipres di AS kembali terbuka lebar setelah Hillary Clinton pertama pada Pilpres 2016 silam.

Pertanyaannya kini adalah sudah siapkan rakyat Amerika Serikat dipimpin oleh seorang perempuan? Apalagi sebagai catatan, Harris merupakan perempuan kulit hitam dan keturunan Asia.

Sejarah mencatat. Dalam usianya yang sudah 248 tahun, tidak pernah sekalipun Amerika Serikat dipimpin oleh presiden perempuan.

Ironis memang. Di negara yang mengaku kiblat demokrasi itu, masyarakatnya seperti tidak atau belum percaya kepada kemapuan kaum perempuan mereka sendiri.

Tidak yakin

Dalam sebuah studi disebutkan bahwa warga AS ragu akan adanya seorang presiden perempuan dalam beberapa dekade mendatang setelah gagalnya Hillary Clinton.

Survei tersebut juga menemukan hanya satu dari empat orang dewasa AS yang percaya bahwa sangat atau sangat mungkin AS akan memilih seorang presiden perempuan selama masa hidup mereka.

Padahal jika melihat fakta bahwa sebagian besar warga AS yang memilih merupakan perempuan.

Tetapi itulah. Masih butuh waktu lama dan jalan berliku sepertinya untuk melihat AS memiliki presiden perempuan.

Amerika Serikat bahkan kalah dari negara-negara yang masih ‘belajar berdemokrasi’, seperti Indonesia, India, atau Filipina. Indonesia pernah dipimpin Megawati Sukarnoputri. Lalu India punya Indira Gandhi, Filipina pernah dipimpin Gloria Macapagal Arroyo, serta Pakistan pernah punya pemimpin perempuan yakni mendiang Benazir Bhutto. (Berbagai sumber/N-01)

  • Dimitry Ramadan

    Related Posts

    Enam Solusi Inovatif Penanganan Infeksi Dengue di Indonesia

    DEMAM Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu masalah kesehatan tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga di tingkat global. Pasalnya, penyakit yang berasal dari virus dengue yang ditularkan kepada…

    Pemerintah Harus Perbaiki Cara Berkomunikasi ke Publik

    PEMERINTAH mestinya menyampaikan informasi yang baik kepada publik, baik terkait program, termasuk soal empati pada setiap persoalan yang dihadapi masyarakat. Karena komunikasi politik pemerintah idealnya menenangkan publik, bukan menambah kegaduhan.…

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Jangan Lewatkan

    Wagub Jateng Serap Aspirasi Nelayan Rembang

    • April 12, 2025
    Wagub Jateng Serap Aspirasi Nelayan Rembang

    Bupati Samosir Dukung Penuh Pembentukan Sekolah Rakyat

    • April 12, 2025
    Bupati Samosir Dukung Penuh Pembentukan Sekolah Rakyat

    Lomban Kupatan Sambiroto, Tradisi Larung Sesaji usai Hari Raya Idul Fitri

    • April 12, 2025
    Lomban Kupatan Sambiroto, Tradisi Larung Sesaji usai Hari Raya Idul Fitri

    Tantangan dan Dukungan Mahasiswa Autis Berkuliah di UGM

    • April 12, 2025
    Tantangan dan Dukungan Mahasiswa Autis Berkuliah di UGM