ORANG dengan HIV AIDS (ODHA) sangat rentan terkena infeksi. Namun ODHA juga rentan menularkan virus melalui hubungan seks tidak aman, transfusi darah, pemakaian jarum suntik bergantian, dan kehamilan, persalinan ssrta menyusui.
Tidak semua ODHA memiliki pasangan yang sama-sama ODHA. Untuk itu dunia farmasi telah mengembangkan obat antiinfeksi untuk mereka yang hidup dengan ODHA untuk mencegah tertinfeksi virus HIV.
Obat suntik lenacapavir yang baru selesai melakukan uji coba fase ketiga menyimpulkan bahwa suntikan lenacapavir ini mampu mencegah infeksi 100 persen.
Uji coba melibatkan 5.000 perempuan muda dan remaja perempuan di Afrika Selatan dan Uganda yang hidup bersama ODHA. Mereka menerima dua kali suntikan lenacapavir. Hasilnya tidak ada satu pun dari mereka yang terinfeksi HIV.
Suntikan vs Obat Oral
Peserta secara acak mendapatkan suntikan lenacapavir setiap 26 minggu atau memakai obat HIV oral setiap hari seperti emtricitabine-tenofovir alafenamide (F/TAF) atau emitricitabine=yenofovir disoprixil fumarate (FTC/TDF).
Penelitian ini bersifat double blind, sehingga peserta tidak mengetahui pengobatan apa yang mereka terima.
Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 2 persen dari mereka yang memakai pil setiap hari tertular HIV dari pasangan yang terinfeksi. Sedangkan mereka yang disuntik lenacapavir tidak terinfeksi HIV. Hal ini menunjukkan efektivitas lenacapavir dibandingkan dengan obat oral setiap hari.
“Dengan nol infeksi dan kemanjuran seratus persen, lenacapavir yang diberikan dua kali setahun telah menunjukkan potensi sebagai alat baru yang penting untuk mencegah infeksi HIV,” kata Dr Merdad Parsey, Kepala Petugas Medis dari Geliad Sciences, produsen lenacapavir dalam siaran pers dikutip dari Medical Daily, Minggu (28/7).
Pihaknya masih menunggu hasil tambahan dari program klinis Purpose yang sedang berjalan. “Dan kami berharap bisa mencapai tujuan kami untuk membantu mengakhiri epidemi HIV untuk semua orang dimana saja,” sambung Merdad Parsey.
Sekitar 69 persen peserta mengalami reaksi saat disuntik, dibandingkan dengan 35 persen pada kelompok plasebo (minum pil). Namun tidak ada efek serius setelah disuntik.
Sharon Lewin, Presiden IAS (International AIDS Society) menyambut positif obat antiinfeksi HIV tersebut.
“Data ini menegaskan bahwa pemberian lenacapavir dua kali setahun untuk pencegahan HIV merupakan kemajuan sekaligus potensi kesehatan masyakarakat cukup besar,” kata. Lewin.
Ia berharap jika disetujui (menjadi obat pencegajan HIV) dan diberikan dengan cepat, terjangkau dan adil kepada mereka yang membutuhkan.
Obat jangka panjang ini dapat membantu mempercepat pencegahan HIV secara global. Ia juga menyebutkan bahwa dunia berutang budi kepada ribuan perempuan muda di Afrika Selatan dann Uganda yang sukarela menjadi bagian dari penelitian tersebut.
Sunlenca merek dagang Lenacapavir telah dipasarkan dan menjadi obat resep untuk pengobatan HIV. (*/S-01)