DIPERKIRAKAN populasi lanjut usia (lansia) di Indonesia mencapai 20 hingga 25 persen, pada 2050. Saat ini jumlah lansia m,encapai 11,75 persen atau sekitar 32 juta dari total penduduk Indonesia.
Statistik Penduduk Lanjut Usia Tahun 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, 49,56 persen lansia, sudah menggunakan gawai. Namun, hanya seperlimanya yang dapat mengakses dan menggunakan internet.
Lansia di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, di antaranya keterbatasan fisik seperti penglihatan yang menurun dan kesulitannmobilitas. Di samping itu, mereka berhadapan dengan techno stress yang menghambat lansia untuk beradaptasi dengan teknologi baru.
Minimnya literasi digital membuat mereka menjadi target empuk bagi para pelaku kejahatan. Di sisi lain, lansia di Indonesia terdeteksi memiliki perilaku bermedia sosial yang cukup tinggi. Khususnya, dalam menggunakan WhatsApp dan Facebook dalammkegiatan sehari-hari. Mereka juga aktif berbagi informasi.
Santi Indra Astuti, Program Manager Tular Nalar mengatakan bahwa kajian yang dilakukan oleh Love Frankie, sebagai bagian dari program Tular Nalar Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), menemukan bahwa 46 persen responden lansia amat aktif membagikan ulang konten dan informasi yang diterima.
Kendati demikian, tingginya frekuensi bermedia digital lansia tidak serta-merta diikuti oleh kemampuan untuk berpikir kritis yang memadai.
“Kajian yang akan dirilis tersebut juga mendapati, hanya sekitar 19 persen responden lansia di Indonesia yang merasa percaya diri dapat mengenali dan terhindar dari hoaks. Akibatnya, mereka menjadi korban hoaks, utamanya di masa Covid-19 dan Pemilu maupun Pilkada,” jelasnya, Kamis (30/5/2024).
Menurutnya hoaks bukan satu-satunya permasalahan yang dihadapi oleh lansia di ruang digital. Lansia juga terancam oleh kejahatan digital seperti penipuan dan pencurian data pribadi. Mereka rentan menjadi korban pinjol dan transaksi curang yang tidak aman. Dalam gerakan literasi digital, lansia termasuk dalam kelompok rentan.
Sejak 2021Tular Nalar Mafindo telah merancang kurikulum memproduksi modul dan alat bantu, serta melaksanakan program literasi digital bagi lansia. Melalui pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik lansia.
“Tular Nalar telah melaksanakan edukasi literasi digital yang berfokus pada penipuan digital, periksa fakta, dan pencegahan ujaran kebencian, yang berlangsung di seluruh Indonesia. Hingga akhir tahun 2023, Tular Nalar Mafindo telah menjangkau 12.647 lansia melalui berbagai kelas dan lokakarya yang digelar Tular Nalar bersama para mitra di seluruh Indonesia,” ujar Santi.
Sementara itu Pakar Penuaan Populasi, Adityo Pratikno Ramadhan dalam acara dialog di TVRI Jabar beberapa waktu lalu mengatakan bahwa lansia berhak mendapatkan pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pendidikan untuk digitalisasi dan lainnya.
“Kendati demikian, segmen lansia belum seluruhnya tersentuh dalam gerakan literasi digital nasional. Padahal penguatan kelompok rentan ini dapat dilakukan melalui gerakan literasi digital yang harus bersifat inklusif bagi semua warganegara, termasuk lansia,” jelasnya. (Rava/S-01)