
NYAMPLUNG atau tamanu yang dalam bahasa Latin disebut Calophyllum inophyllum, adalah tanaman asli Indonesia yang dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah negeri dari Sumatera hingga Papua.
Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang di kondisi lingkungan yang ekstrem.
Dikenal bukan sebagai tanaman pangan, namun tanaman ini dapat sumber minyak nabati. Selama ini, biji nyamplung telah dimanfaatkan sebagai minyak nabati atau biasa disebut sebagai tamanu crude oil (TCO).
TCO ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati/biofuel, produk kesehatan, dan kosmetik.
“Sebagai produk komestik dan obat-obatan, TCO dapat digunakan sebagai biofuel,” papar dosen Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Ir. Dimas Hand Vidya Paradhipta, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPP., Rabu (12/2).
Saat ini telah digunakan untuk perawatan wajah maupun bahan obatan-obatan herbal yang sangat diminati di Indonesia,
Industri TCO kata Dimas, menghasilkan limbah berupa bungkil yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pakan.
Hal ini mengemuka dari hasil riset yang dilakukan oleh tim dosen Fapet bekerja sama dengan BRIN melalui hibah program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) tahun 2023 hingga 2025.
Penggunaan bungkil biji nyamplung sebagai pakan tunggal, kata Dimas, terbukti mampu menghasilkan atau menurunkan konsentrasi produksi metan pada ternak ruminansia secara in vitro.
Hal ini disebabkan karena tingginya kandungan senyawa metabolit sekunder yang dapat memodifikasi fermentasi dalam rumen.
Potensi nyamplung
Pada tahun pertama, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa bungkil biji nyamplung dapat digunakan sebagai pakan ternak, terutama ternak ruminansia.
Bungkil biji nyamplung memiliki kandungan protein kasar sekitar 20%, lemak kasar sebesar 15.3%, total phenol sebesar 6.47% dan total flavonoid sebesar 1.70%.
Namun saat ini, bungkil biji nyamplung belum direkomendasikan sebagai pakan unggas karena kandungan serat kasarnya yang tinggi, hampir 18%.
Hal ini dapat terjadi karena model pengepresan minyak biji nyamplung masih menggunakan sistem hidrolik.
Ke depan apabila sudah menggunakan sistem pengepresan screw press expeller, diharapkan bungkil biji nyamplung memiliki kandungan serat kasar yang lebih rendah.
“Riset tahun kedua kita berfokus pada penggunaannya dalam pakan campuran, sementara riset tahun ketiga aplikasinya pada domba,” kata Dimas. (AGT/S-01)