BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal dampak La Nina lemah.
Dengan jumlah berkisar antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun.
Sebanyak 67% wilayah Indonesia diprediksi akan menerima curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun (kategori tinggi).
Sementara itu, 15% wilayah diprediksi mengalami curah hujan di atas normal.
Dan 1% wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan di bawah normal.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan fenomena La Nina lemah memiliki sejumlah peluang positif bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya keberlimpahan air hujan akibat La Nina dapat dimanfaatkan secara optimal guna mendukung ketahanan pangan, air dan air energi.
Di sektor pertanian, petani memiliki peluang percepatan tanam, perluasan area tanam padi baik di lahan sawah irigasi, tadah hujan maupun ladang.
Hujan akan mendukung operasional pembangkit listrik tenaga air secara maksimum sehingga menjamin pasokan energi listrik.
Masyarakat dapat memanen air hujan atau rainwater harvesting dan digunakan saat musim kemarau tiba guna mengantisipasi kekeringan.
“Untuk itu, penting untuk terus menjaga kualitas infrastruktur seperti bendungan dan waduk agar siap digunakan sepanjang tahun,” kata Dwikorita, Jumat (22/11).
“Selain itu, optimalisasi drainase dan tampungan air harus disiapkan guna menghadapi musim kemarau berikutnya,” tuturnya.
Menurutnya hujan akan mendukung operasional pembangkit listrik tenaga air secara maksimum sehingga menjamin pasokan energi listrik.
Masyarakat dapat memanen air hujan atau rainwater harvesting dan digunakan saat musim kemarau tiba guna mengantisipasi kekeringan.
“Untuk itu, penting untuk terus menjaga kualitas infrastruktur seperti bendungan dan waduk agar siap digunakan sepanjang tahun,” kata Dwikorita.
“Selain itu, optimalisasi drainase dan tampungan air harus disiapkan guna menghadapi musim kemarau berikutnya,” tuturnya.
La Nina lemah bantu petani untuk musim tanam
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menambahkan bahwa BMKG mendukung penuh program Asta Cita yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto.
Ardhasena menyampaikan bahwa BMKG telah menyediakan berbagai layanan iklim yang dapat membantu petani dalam merencanakan musim tanam.
Prediksi curah hujan 10 harian, bulanan hingga enam bulan ke depan yang dikeluarkan BMKG memungkinkan petani mengatur pola tanam sesuai dengan kondisi iklim yang terus berubah.
“Dalam satu dasawarsa terakhir, BMKG dengan berbagai pihak terkait, juga telah membina lebih dari 20.000 petani melalui program Sekolah Lapang Iklim (SLI),” ujarnya.
Program ini bertujuan untuk membantu petani memahami data iklim yang relevan dan mengambil keputusan strategis, mulai dari waktu tanam hingga pemilihan komoditas yang tepat.
Sedangkan pada sektor energi, BMKG menyediakan data radiasi matahari dan kecepatan angin guna mendukung optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan.
Dengan informasi tersebut, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan, menjaga ketersediaan air, dan memaksimalkan potensi energi terbarukan secara berkelanjutan. (*/S-01)