
AMERIKA Serikat melancarkan serangan udara terhadap tiga situs nuklir utama di Iran, bergabung dengan serangan Israel terhadap program nuklir Teheran. Langkah ini memicu kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik di kawasan.
Presiden AS Donald Trump, dalam pidatonya kepada bangsa Amerika, Sabtu malam (21/6) waktu setempat, menyebut serangan tersebut sebagai “sukses militer yang spektakuler” dan menyatakan bahwa situs nuklir Iran telah “sepenuhnya dihancurkan.” Trump memerintahkan serangan secara mendadak dengan harapan dapat mengejutkan pihak Iran.
Tiga situs nuklir yang diserang—Fordow, Natanz, dan Isfahan—merupakan pusat dari infrastruktur nuklir Iran. Dalam serangan tersebut, pesawat pengebom AS menggunakan bom penembus bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrator, yang untuk pertama kalinya digunakan dalam peperangan.
Trump juga mengeluarkan peringatan bahwa serangan dapat diperluas jika Iran tidak menyepakati solusi diplomatik. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji langkah Trump dan menyebut AS telah melakukan “apa yang tidak bisa dilakukan negara lain.”
Meskipun serangan AS tampak terbatas, keterlibatan langsung Washington meningkatkan risiko meluasnya konflik di kawasan yang menjadi pusat infrastruktur energi dunia. Iran sebelumnya telah mengancam akan menyerang pasukan AS di kawasan jika Washington ikut campur.
Negara-negara Teluk kaya minyak dan gas yang menjadi lokasi pangkalan militer AS juga menyatakan kekhawatiran mereka atas potensi menyebarnya kekerasan ke wilayah mereka. (*/S-01)