
PAUS Fransiskus dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, Italia. Prosesi pemakaman telah menyedot perhatian warga dunia.
Peti jenazah Paus Fransiskus dibawa dari Vatikan menuju ke Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, Italia, tempat peristirahat terakhirnya, Sabtu (26/4).
Basilika Santa Maria Maggiore, Roma adalah tempat yang telah dipilih oleh Paus Fransiskus sesuai surat wasiatnya. Iring-iringan peti jenazah secara perlahan melintasi ruas jalanan kota Roma.
Warga di sepanjang jalan yang dilintasi mobil jenazah menanti menanti bisa melihat terakhir kali peti jenazah sang Bapa Suci. Paus Fransiskus wafat Senin 21 April setelah menjalankan misa Paskah.
Paus disemayamkan di depan altar Confessio, Basilika Santo Petrus dalam peti kayu sederhana tanpa catafalquesesuai keputusan pribadinya sejak Rabu (23/4). Peti terbuka itu agar masyarakat bisa memberikan penghormatan terakhir.
Sekitar 250 ribu orang memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpin umat Katolik se Dunia itu.
Paus mengenakan kasula merah, mitra putih, dan memegang rosario di tangan. Dan pada Sabtu (25/4) pagi dilakukan tutup peti sebelum dilaksanakan misa Requeim.
Uskup Agung Diego Ravelli menutup wajah Paus dengan kain sutra putih, sementara air suci dipercikkan ke jenazah. Sebuah kantong berisi koin dan medali yang dicetak selama masa pontifikat Paus turut dimasukkan ke dalam peti.
Serta sebuah “Rogito” atau Akta yang merangkum perjalanan hidup dan masa kepausannya juga ditempatkan di dalam peti mati.
Menjelang Misa Requiem, Kantor Pers Takhta Suci merilis teks lengkap Akta tersebut, yang ditulis dalam bahasa Latin dan disegel di dalam sebuah tabung logam.
Peti mati berbahan seng kemudian disegel dengan lambang dan nama Paus serta masa pelayanannya.
Penyegelan resmi dilakukan dengan cap dari beberapa otoritas Vatikan, sebelum peti kayu luar, yang dihiasi salib dan lambang kepausan, juga disegel.
Dokumen perjalanan hidup Jorge Mario Bergoglio, termasuk masa tinggalnya di Jerman dan pelayanannya di Argentina dibacakan dalam upacara.
Dokumen tersebut menggambarkan kesederhanaan hidupnya, dengan menyebut Paus sebagai “gembala sederhana yang dekat dengan rakyat.”
Upacara misa diiringi dengan nyanyian mazmur, menandai akhir dari masa penyemayaman dan awal dari perjalanan terakhir Paus Fransiskus. (*/S-01)