ANGKA laju inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2024 ini tercatat lebih tinggi dibanding bulan Juli.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Ibrahim menjelaskan inflasi pada Agustus 2024 ini tercatat sebesar 0,05% (mtm).
Berarti lebih tinggi dibanding pada Juli 2024 yang tercatat sebesar -0,03% (mtm). Sehingga inflasi kumulatif DIY mencapai 0,58% (ytd).
Secara tahunan, jelas Ibrahim inflasi di DIY pada Agustus 2024 ini sebesar 2,33% (yoy).
Berarti realisasinya lebih tinggi dibanding bulan Juli yang sebesar 2,16% (yoy).
Dan realisasi inflasi secara nasional yang sebesar 2,12% (yoy).
“Terjaganya inflasi di DIY ini tidak terlepas dari dukungan dan sinergi berbagai upaya pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID di DIY,” kata Ibrahim, Selasa (3/9).
Lebih lanjut Ibrahim mengungkapkan inflasi Agustus 2024 ini dipicu oleh komoditas beras, bensin, emas perhiasan dan cabai rawit.
Tingginya harga beras salah satunya disebabkan telah berakhirnya masa panen raya di daerah produsen sehingga pasokan berkurang.
Selain itu penyesuaian harga BBM nonsubsidi per Agustus, turut memicu tekanan dari komoditas bensin.
Kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan kecederungan tingginya harga emas dunia.
Dan seiring berlanjutnya ketegangan geopolitik global.
“Tekanan inflasi makin kuat dengan terbatasnya pasokan cabai rawit dari wilayah pemasok utama ke DIY,” ujarnya.
Namu laju inflasi di DIY ini dihalangi oleh deflasi komoditas bawang merah, daging ayam ras dan telur ayam ras.
Penurunan harga bawang merah didorong oleh relatif rendahnya permintaan di tengah ketersediaan.
Serta melimpahnya pasokan bawang merah dari wilayah Bima dan Brebes.
Sedangkan melandainya harga daging ayam ras karena ketersediaan dan pasokan dan stabilnya permintaan.
“Sementara kondisi telur ayam terjadi over stock di tingkat peternak,” jelas Ibrahim.
Sehingga peternak memilih menjual dengan harga yang relatif lebih murah untuk menghindari kerugian karena kerusakan telur ayam. (AGT/S-01)