PEMERINTAH Kabupaten Boyolali mengalokasikan anggaran sebesar Rp176 juta untuk penanganan kebencanaan pada musim kemarau 2024 ini, terutama krisis air bersih.
Hal itu seiring keluarnya surat keputusan penetapan darurat kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan oleh Bupati Boyolali, M Said Hidayat.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Suratno, keberadaan SK Bupati perihal penetapan penanggulangan darurat air bersih serta kebakaran hutan dan lahan, menjadi arahan pihaknya.
Mereka pun melakukan pemetaan wilayah kekeringan atau krisis air bersih, juga mitigasi dan penguatan kapasitas relawan kebencanaan, untuk terbentuknya Desa Tangguh Bencana (Destana).
Relawan tangguh
Saat ini, dari 261 desa yang tersebar di 22 kecamatan, baru ada 20 desa yang memiliki dan siap dengan Destana, lengkap dengan barisan relawan tangguhnya dalam menanggulangi kebencanaan.
Sebelumnya, BPBD Boyolali gencar melakukan mitigasi kebencanaan di Sobokerto, yang rentan terhadap bencana ekonomi. Keberadaan warga desa yang berlokasi di pinggir Wadum Cengklik itu, banyak yang melakukan budidaya tambak.
“Sosialisasi pembentukan Destana di Sobokerto penting, karena di sana sering terjadi kondisi upwelling yang menimpa tambak atau ikan keramba mereka. Seperti Maret lalu misalnya, 31 ton ikan keramba di sana mati massal akibat upwelling,” tukas Suratno.
Karena itu, lanjut dia, BPBD Boyolali perlu menyiapkan dan meningkatkan kapasitas relawan kebencanaan desa agar mampu mandiri serta cepat beradaptasi atas ancaman bencana.
Dalam upaya percepatan pembentukan Destana, BPBD Boyolali melibatkan banyak stakeholder, seperti kerjasama dengan dunia usaha. Pada mitigasi dan rancangan Destana Sobokerto, pihak ketiga yang dilibatkan adalah Pertamina Patra Niaga.
Droping air bersih
Pada bagian lain terkait desa rentan krisis air bersih, BPBD Boyolali telah melakukan sejumlah droping air bersih di tiga desa di tiga kecamatan yang berbeda beberapa hari terakhir ini.
“Sudah ada sejumlah desa yang minta bantuan air beraih, seperti sejumlah dusun di Desa Guo, Kecamatan Wonosegoro, Lalu Desa Kalimati dan Desa Ngaren di Kecamatan Juwangi dan Desa Sangup di Kecamatan Tamansari,” sambung Suratno.
Pihaknya terus siaga dan siap mengirimkan droping air ke banyak desa, mengingat musim kemarau sudah hampir memasuki puncaknya.
Selama ini krisis air bersih pada situasi kemarau panjang selalu terjadi di puluhan desa di kecamatan Juwangi, Wonosegoro, Tamansari, Wonosamodra, Musuk dan Kemusu.
Selain menanggulangi krisis air bersih, BPBD Boyolali juga kerjasama dengan Perhutani, institusi Taman Nasional Merapi dan Merbabu dan masyarakat hutan dalam upaya menjaga hutan dari bencana kebakaran. (WID/N-01)