BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Sragen mulai memasuki masa puncak pada awal Agustus ini. Dampak puncak kemarau itu, krisis air bersih melanda puluhan desa di wilayah utara, dan diprediksi akan terus meluas.
Terkait waktu menuju puncak kekeringan ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen mengaku mulai meningkatkan pasokan air bersih ke desa desa di Kecamatan Gesi, Tangen dan Jenar.
“Ada sedikitnya 8 tangki tiap hari dikirim ke sejumlah desa di tiga kecamatan yang ada di alur Sungai Bengawan Solo tersebut, yakni Tangen, Gesi dan Jenar,” ungkap Safe’i, petugas BPBD Sragen yang melakukan droping air di Desa Galeh, kecamatan Tangen, Jumat (2/8).
Terpisah Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sragen, Giyanto memprediksi, dari pemetaan, jumlah desa yang masuk zona rawan kekurangan air bersih ternyata bertambah dari 36 menjadi 38 desa yang tersebar di tujuh kecamatan.
”Bisa dipastikan kemarau panjang, maka wilayah kekeringan atau krisis air bersih selalu nambah. Total meliputi 155 dusun dalam 38 desa,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sragen Giyanto.
Tambahan wilayah kekeringan diantaranya di Desa Kalikobok, Kecamatan Tanon; dan Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe. Sementara dukuh yang masuk zona kekeringan sejumlah 155 dukuh di puluhan desa di 7 kecamatan.
Tujuh kecamatan menjadi langganan kekeringan adalah Sukodono ada empat desa, Kecamatan Gesi empat desa, Mondokan terdapat enam desa, Jenar dan Miri masing masing empat desa, lalu Sumberlawang tujuh desa, dan Tangen tujuh desa.
Sebelumnya BMKG juga mewartakan bahwa Agustus ini merupakan puncak musim kemarau di Sragen. Terakhir wilayah Bumi Sukowati itu diguyur hujan pada Juni silam.
Waspadai karhutla
Pada bagian lain untuk mewaspadai adanya kebakaran hutan di musim kering ini, Polsek Sambirejo, Koramil 08/Sambirejo bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah sejak Kamis (1/8) gencar melaksanakan patroli gabungan di kawasan hutan Tunggangan yang merupakan bagian lereng Gunung Lawu, Sragen.
Selain sebagai upaya mencegah kebakaran di wilayah hutan Tunggangan yang merupakan wilayah konservasi dan margasatwa dari anak Gunung Lawu itu, juga dimaksudkan untuk mencegah pencurian kayu.
Kapolsek Sambirejo Iptu Santosa mengatakan, patroli gabungan untuk kencegah kebakaran dan melindungi dan mengamankan hutan dari pembalakan liar.
“Selama patroli tidak ada kejadian menonjol dan relatif aman. Mudah mudahan tidak ada kebakaran di musim kemarau yang kering ini,” tegas Santosa. (WID/N-01)