BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan kepada empat provinsi untuk siaga menghadapi potensi banjir yang dipicu oleh curah hujan berintensitas sedang-deras periode 11-20 Juni 2024.
Keempat provinsi siaga potensi banjir akibat tingginya intensitas curah hujan tersebut yaitu Sumatra Selatan, Maluku, Papua Tengah dan Papua Barat Daya.
Tim ahli klimatologi BMKG mengklasifikasikan potensi banjir di Sumatra Selatan dalam kategori rendah. Namun berdasarkan hasil analisa dasarian II yang berlangsung hingga 20 Juni hujan akan merata mencakup seluruh 17 kabupaten/kota, sehingga tetap diperingatkan untuk siaga.
Potensi tersebut diprakirakan BMKG akan melanda mulai dari Kabupaten Banyuasin, Empat Lawang, Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, Penukal Abab Lematang Ilir, hingga kota Pagar Alam, Lubuk Linggau, dan Palembang.
Sedangkan Provinsi Maluku, Papua Tengah dan Papua Barat Daya pada medio yang sama diklasifikasikan BMKG dalam kategori daerah potensi banjir tinggi.
Potensi banjir tinggi di Provinsi Maluku diprakirakan meliputi Kota Ambon meliputi Kecamatan Baguala, Leitimur Selatan, Nusaniwe, Sirimau, dan Telukambon, Kabupaten Maluku Tengah meliputi Kecamatan Amahai, Leihitu, Leihitu Barat, Pulauharuku, dan Seram Utara, serta Kabupaten Seram Bagian Barat meliputi Kecamatan Amalatu, Huamual, Inamosol, Kairatu, dan Kairatu Barat).
Untuk Provinsi Papua Barat Daya meliputi Kabupaten Maybrat di Kecamatan Mare), Kabupaten Sorong di Kecamatan Makbon dan Sayos, serta Sorong Selatan di Kecamatan Sawiat).
Kemudian, potensi banjir tinggi di Provinsi Papua Tengah meliputi Kabupaten Mimika meliputi Kecamatan Amar, Iwaka, Kuala Kencana, Kwamki, Narama, Mimika Barat dan sekitarnya, Kabupaten Deiyai meliputi Kecamatan Bowobado, Kapiraya, Tigi Barat, dan Memberamo Raya meliputi Kecamatan Memberamo Hulu dan Rufaer.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan potensi dampak bencana akibat hujan di sejumlah wilayah Indonesia yang masih tinggi bisa saja terjadi, meskipun sebenarnya sudah mulai memasuki musim kemarau.
Menurut dia potensi peningkatan hujan dipicu oleh adanya beberapa dinamika atmosfer yang masih aktif berada di wilayah Indonesia, yakni fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby Kelvin, hingga pola sirkulasi siklonik dan potensi pembentukan daerah belokan dan perlambatan angin.
“Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diprakirakan tim meteorologi BMKG dapat menimbulkan potensi hujan berintensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir angin kencang,” ujar Guswanto.
BMKG menilai kondisi demikian bisa juga menimbulkan dampak cuaca ekstrem kebencanaan hidro meteorologi yang meliputi banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan, dan tanah longsor.
Di saat bersamaan Indonesia mulai dilanda musim kemarau kering pada medio Juni-September 2024. (S-01)