
SEBAGIAN besar petani padi di sejumlah desa di kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali masih mengandalkan sistem tebas untuk panen musim tanam (MT) I, meski Bulog sudah menjanjikan menyerap gabah kering panen ( GKP ) dalam kualitas apa pun dengan HPP Rp6500.
“Di Kecamatan Sawit, sekitar 90 persen petani memilih sistem tebas, karena dirasa masih memberikan keuntungan. Rerata lahan 1800 m2, dibeli Rp6 juta hingga Rp7 juta. Jatuhnya harga gabah sama Rp 6500,” kata Kepala Dinas Pertanian Boyolali, Joko Suhartono kepada Mimbar Nusantara, Jumat (7/2/2025).
Dia paparkan, pada panen MT I di Boyolali yang berlangsung Februari hingga April dalam hamparan lahan seluas 10.756 hektar diperkirakan menghasilkan gabah sebanyak 61.873 ton.
Rinciannya, panen sepanjang Februari di 19 kecamatan dengan perkiraan luas lahan sawah 5134 hektar, menghasilkan produksi gabah sebanyak 28.981 ton
” Sementara panen pada bulan Maret di atas lahan seluas 5622 hektar, dengan taksiran produksi 31.737 ton. Sedang panen April dari lahan 2047 hektar, taksiran menghasilkan produksi 11.555 ton,” kata dia.
Penuhi target
Sebelumnya, Kepala Bulog Surakarta Nanang Haryanto kepada Mimbar Nusantara menyatakan optimismenya, bisa memenuhi target serapan 2025 sebanyak 96 ribu ton ekuivalen beras petani.
Saat ini, lanjut Nanang, Bulog Surakarta sudah mematang koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Gapoktan di enam kabupaten di Solo Raya dalam mengamankan serapan gabah petani dalam kualitas apa pun dengan HPP terbaru, untuk penguatan swasembada pangan.
Tugas meraih serapan panen petani 96 ribu ton ekuivalen beras di enam kabupaten Solo Raya ini menjadi bagian dari target se-Jateng sebanyak 532 ribu ton untuk 2025.
Yang ingin diraih Bulog Surakarta itu mendapatkan sambutan dari stakeholder pertanian. ” Kami dari organisasi petani, sudah sejalan dengan keinginan Bulog, yakni ketika karena faktor cuaca mempengaruhi panen hingga harga gabah jatuh, Bulog turun tangan dengan HPP baru tanpa kecuali, yakni Rp 6500,” kata Ketua KTNA Sragen, Suratno.
Panen MT I yang sudah berlangsung sporadis di Sragen, pasar harga gabah masih di atas HPP, yakni diangka Rp 6700 sampai Rp Rp 6800. Yang terjadi di kabupaten Sukoharjo pun pada panen MT I yang sudah berjalan harga masih menguntungkan petani.
Serap gabah
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan ( DPP ) Sukoharjo, Bagas Windaryatno menyebut, Bulog telah bergerak cepat dan berkoordinasi dengan pihaknya, terkait upaya serap gabah yang menguntungkan petani.
“Memang Bulog Surakarta sudah menegaskan all out menyerap gabah di wilayah Sukoharjo yang merupakan lumbung beras kuat di Jawa Tengah. Kami telah membentuk sebuah forum informasi jadwal panen dan kondisi perkiraan harga,” terang Bagas.
Bulog dengan penugasan yang diberikan pemerintah untuk menyerap 3 juta ton ekuivalen beras pada 2025 ini, lanjut dia, perlu koordinasi dengan Pemda dan stakeholder terkait, agar penugasan lancar, dan menguntungkan petani.
” Kami dari DPP Sukoharjo bantu mengamankan, dan ketika harga gabah jatuh karena pengaruh cuaca ekstrim di musim penghujan, Bulog dihadirkan guna mengamankan harga sesuai HPP terbaru,” lugas Bagas. (WID/N-01)