
PETANI diminta mendaftarkan tanah sawah mereka sebagai lahan sawah abadi. Tujuannya agar ke depan jika terjadi kerugian bisa ditanggung pemerintah.
Hal itu diungkapkan Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam acara Panen Raya Padi di Bulak Kedungsari, Kabupaten Kulon Progo, Senin (7/4). “Kontraknya 10 tahun dan bisa diperpanjang lagi,” katanya.
Panen tersebut berlangsung serentak di 14 provinsi yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto dari Majalengka, Jawa Barat. Sultan mengatakan lahan yang dikontrak tersebut, kalau dijual harus izin dan diganti oleh pemerintah kabupaten.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jelasnya memiliki lahan sawah abadi seluas 32 ribu hektare, yang hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan pangan di Yogyakarta.
“Kami punya kontrak 32 ribu hektare. Kalau gagal dan sebagainya, nanti diganti sama pemda, karena itu untuk memenuhi kebutuhan pangan di Yogyakarta. Lahan boleh ditanami apapun asal pangan. Tetapi, kontraknya 10 tahun dan bisa diperpanjang,” kata Sultan.
Gabah kering
Sri Sultan mengatakan dari lahan seluas 32 ribu hektare itu mampu menghasilkan produksi di atas 900 ribu ton gabah kering panen (GKP), sedangkan kebutuhan sekitar 700 ribu ton.
“Yang 200 ribu ton bisa untuk transaksi masuk dan keluar. Hanya sayangnya karena kepemilikan tanah itu sempit, jadi kalau belinya itu premium, saya terima kasih,” katanya.
Sementara Pemerintah Kabupaten Sleman menggelar panen raya padi serentak sebagai bagian dari program percepatan swasembada pangan nasional, bertempat di Bulak Japanan, Margodadi, Seyegan, Senin (7/4). Kegiatan panen ini dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa bersama jajaran Forkopimda Kabupaten Sleman.
Di Sleman, panen raya dilakukan di atas lahan seluas 23 hektare yang sepenuhnya dilakukan dengan mesin panen combine harvester untuk memudahkan proses panen padi.
Jadi motivasi
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengungkapkan rasa bangganya bahwa daerahnya dipilih sebagai salah satu kabupaten yang turut melaksanakan program percepatan swasembada pangan.
“Kabupaten Sleman menjadi salah satu yang dipilih melaksanakan panen rata serentak oleh Pemerintah Pusat. Artinya, pertanian di Sleman dinilai baik oleh Pemerintah Pusat. Kita harus berbangga,” ungkapnya.
Namun, kebanggaan ini menurut Danang, harus menjadi motivasi untuk terus mempertahankan kualitas pertanian di sleman.
“Saya mohon, kita bersama – sama untuk mempertahankan pertanian di sleman agar terus menjadi lebih baik,” ujarnya.
Danang juga menyampaikan terimakasih dan apresiasinya kepada para petani yang telah menjadi garda terdepan dalam upaya swasembada pangan di Kabupaten Sleman.
Selain itu, untuk memastikan penyerapan hasil panen, Danang menuturkan Pemkab Sleman menggandeng Bulog untuk membeli gabah kering langsung dari petani seharga Rp. 6.500 per kilogram. Hingga saat ini program ini telah berhasil menyerap gabah kering panen sebanyak 949,8 ton.
Beri kepastian
“Semoga dengan pembelian langsung ini dapat memberikan kepastian dan memudahkan petani dalam menjual hasil panennya dengan harga yang menjanjikan,” katanya.
Dalam kesempatan ini juga Danang mendorong seluruh petani di Sleman untuk memulai tanam padi seusai masa panen dikarenakan masih masuk musik penghujan. Salah satu petani yang, Sabar Prihatin mengatakan, harga yang diterima petani langsung dari Bulog ini sangat bagus.
“Sebelumnya rata-rata hanya pada kisaran Rp5.000 hingga Rp5.500 per kilogram,” kata Sabar.
Karena itu ia berterima kasih kepada pemerintah. Dengan harga sebesar ini, jelasnya, petani sudah mendapatkan untung. (AGT/N-01)