SALAK madu kini menjadi primadona petani salak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain rasanya manis, harga di tingkat konsumen menjanjikan.
Ada empat jenis salak yang tumbuh dan dibudidayakan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Data Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan menyebutkan empat jenis salak itu adalah salak pondoh, salak madu, salak gading dan salak biasa.
Keempat salak tersebut secara tampilan berbeda dan rasanya pun berbeda.
“Salak gading memiliki warna kulit kuning terang dan rasanya agak asam. Sedang salak madu ukurannya lebih besar dari salak pondoh,” kata Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono, Kamis (17/10).
Warna kulit salak madu warnanya lebih terang dan rasanya lebih manis.
Dua varietas
Khusus salak madu ada dua varietas yang dikembangkan di Sleman, yaitu Salak Madu Balerante dan Salak Madu Sokomartani atau disebut salak madu Probo.
Salak madu memang lebih disukai konsumen daripada salak pondoh super, daging buah empuk dan cita rasanya lebih manis ketimbang pondoh.
Daging buah salak dipencet dengan jari akan keluar cairan seperti madu. Kelebihan salak Sokomartani ini rasanya juicy, harganya mahal dan populasinya masih sedikit.
Data Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman menyebutkan tahun 2016 luas panen salak madu hanya 38,67 hektare.
Dan terus naik ditahun-tahun berikutnya hingga tahun 2023 luas panen salak madu menjadi 167,89 Ha.
Di Kabupaten Sleman merupakan daerah sentra produksi salak. Lebih khusus lagi, sentra produksi ini berada di Kapanewon, Tempel, Turi, dan Pakem.
Buah salak menjadi salah satu ikon dari Kabupaten Sleman, menjadi komoditas unggulan, dan memberikan kontribusi ekonomi yang cukup tinggi bagi petani.
Dia menjelaskan permasalahan pengembangan salak di Sleman setidaknya terfokus dalam dua hal.
Yaitu kurang produktifnya tanaman salak karena usia tanaman cukup tua dan masih adanya serangan hama lalat buah.
Permasalahan ini sudah ada penanganan dengan peningkatan luasan lahan tanam dan gerakan pengendalian lalat buat.
Pemkab Sleman memfasilitasi bantuan pupuk organik, pupuk kimia dan ember untuk pencangkokan/peremajaan.
Serta penerapan Good Agricultural Practices (GAP) melalui kegiatan sekolah lapang, pelatihan, bimbingan teknis dan pendampingan petani.
Peningkatan produksi salak
Berdasarkan data DP3 Sleman, upaya peningkatan produksi salak telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan.
Tahun 2019 dengan luas sebesar 2163,43 Ha sedangkan 2023 sebesar 1240,5 Ha. Produksi salak 2019 sebesar 510.111,73 kw dan 2023 sebesar 483.895,16 kw.
Dengan penurunan luas panen sebesar 42 % tetapi penurunan produksi hanya 5,13%. Hal ini menunjukkan keberhasilan peningkatan produktivitas salak Sleman.
Suparmono mengatakan harga salak pondoh di tingkat petani antara Rp1.000 – Rp3.000 per kilogram.
Sedangkan di tingkat konsumen berkisar Rp5.000- Rp10.000. Salak probo di tingkat petani paling rendah Rp5000 dan di tingkat konsumen Rp10.000- Rp15.000 per kilogram.
Bahkan saat ini, karena rendahnya produksi salak akibat dampak el nino dan kekeringan harga madu probo bisa mencapai Rp25.000 per kilogram.
Hal ini memicu semangat petani untuk mengembangkan salak manis itu lantaran cita rasa enak dan disukai pasar, serta harganya tinggi.
Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman mendorong pengembangan salak probo itu untuk peningkatan kesejahteraan petani salak Sleman.
Upaya yang telah dilakukan adalah dengan pemberian mesin chopper kepada beberapa kelompok tani pembudidaya salak.
Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman akan mebantu membuka peluang pasar salak spesifik lainnya seperti salak gading.
Luas panen salak gading saat ini baru 1,51 hektare dengan produksi sebesar 745,60 kuintal per hektare. (AGT/S-01).