![](https://mimbarnusantara.com/wp-content/uploads/2025/02/tekan-deflasi1-scaled.jpg)
PERTUMBUHAN ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta pada triwulan IV 2024 tercatat sebesar 5,07% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy).
Pertumbuhan itu menjadi yang tertinggi di wilayah Jawa dan lebih tinggi dibandingkan Nasional yang masing-masing sebesar 5,01% (yoy) dan 5,02% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, ekonomi DIY secara keseluruhan tahun 2024 masih tumbuh dengan baik sebesar 5,03% (yoy) meski sedikit lebih rendah dari 2023 sebesar 5,07% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, Ibrahim, Kamis (6/2) mengatakan dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan didorong oleh LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, LU Konstruksi, dan LU Industri Pengolahan.
“Meningkatnya kunjungan wisatawan selama periode Nataru berdampak positif terhadap kinerja hotel dan restoran di DIY. Di sisi lain, pembangunan proyek strategis nasional (PSN) jalan tol Jogja-Solo, jalur alternatif Sleman-Gunungkidul, Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang terus berlanjut berdampak positif terhadap LU Konstruksi,” katanya.
Libur akhir tahun
Selain itu, kata Ibrahim di Yogyakarta, peningkatan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman seiring adanya peningkatan jumlah wisatawan pada periode liburan akhir tahun juga berdampak positif pada LU Industri Pengolahan.
Namun, pertumbuhan yang lebih tinggi tertahan oleh LU Pertanian yang tumbuh melambat akibat dampak fenomena El Nino di 2023 yang menyebabkan pergeseran musim tanam dan musim panen di DIY.
Kinerja investasi
Menyorot sisi permintaan Ibrahim mengungkapkan pertumbuhan ekonomi DIY didorong oleh kinerja investasi, konsumsi rumah tangga, serta konsumsi pemerintah yang tetap tumbuh positif.
Tetap berlanjutnya PSN dan revitalisasi bangunan terpadu di DIY juga mendorong peningkatan kinerja investasi. Lebih lanjut, meningkatnya kunjungan wisatawan pada periode Nataru mendorong naiknya pengeluaran dan belanja rumah tangga.
Selain itu, meningkatnya belanja bantuan sosial serta berlangsungnya periode pilkada turut mendorong konsumsi pemerintah.
Dikatakan faktor pendorong perekonomian sepanjang 2024 antara lain permintaan domestik yang masih kuat disertai dengan kenaikan UMP 2024, kenaikan APBD perubahan yang berdampak pada belanja pemerintah, serta masih berlanjutnya pembangunan PSN.
Meski demikian, katanya kinerja positif pada periode laporan tertahan oleh pengaruh dinamika ketidakpastian geopolitik di tengah konflik yang masih berlangsung.
Dampak el nino
Selain itu, dampak fenomena El Nino 2023 yang terjadi mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi pertanian.Tren pertumbuhan ekonomi yang positif pada akhir tahun 2024 ini, ujarnya diikuti dengan tingkat inflasi gabungan kota pemantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY yang tetap terjaga pada awal tahun 2025.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), IHK DIY pada bulan Januari 2025 tercatat deflasi sebesar 0,35% (mtm), sementara pada Desember 2024 tercatat inflasi sebesar 0,46% (mtm).
Hal ini seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan stimulus diskon tarif listrik sebesar 50% bagi konsumen rumah tangga PT PLN (Persero) dengan daya listrik kurang dari 2.200 VA.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi DIY secara tahunan pada Januari 2025 sebesar 0,95% (yoy), lebih tinggi dari inflasi secara nasional sebesar 0,76% (yoy).
Ditinjau berdasarkan kelompoknya, deflasi DIY secara bulanan pada Januari 2025 utamanya dipicu oleh kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) dengan andil -1,15% (mtm).
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh komoditas tarif listrik yang tercatat deflasi dengan andil 1,25% (mtm). Turunnya tarif listrik sejalan dengan kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus biaya listrik berupa diskon 50% kepada pelanggan rumah tangga PT PLN (Persero) dengan daya terpasang listrik hingga 2.200 VA.
Kebijakan ini sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 348.K/TL.01/MEM.L/2024 tentang Pemberian Diskon Biaya Listrik Untuk Konsumen Rumah Tangga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Kebijakan stimulus biaya listrik ini efektif berlaku hanya pada bulan Januari dan Februari 2025.Di sisi lain, deflasi lebih dalam tertahan oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau khususnya pada komoditas cabai merah, cabai rawit, dan wortel.
Akhir panen raya
Peningkatan harga cabai merah (andil 0,13%, mtm) dan cabai rawit (andil 0,12%, mtm) dipicu oleh mulai berkurangnya pasokan seiring berakhirnya musim panen raya di daerah sentra pemasok, seperti Magelang, Nganjuk dan Bantul
Sedangkan naiknya harga wortel (andil 0,06%, mtm) disebabkan oleh terbatasnya pasokan berkualitas baik akibat faktor cuaca yang kurang kondusif.
Mencermati kondisi terkini, Bank Indonesia DIY optimis pertumbuhan ekonomi DIY pada 2025 diprakirakan akan melanjutkan pertumbuhan positif pada kisaran 4,8-5,6% (yoy).
Beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekonomi DIY yang tetap kuat terutama didukung oleh aktivitas domestik yang masih terjaga seiring dengan kuatnya konsumsi masyarakat disertai dengan kenaikan UMP 2025, penguatan interkoneksi antarwilayah (Joglo-Semar), dan permintaan ekspor dari negara mitra dagang utama yang tetap terjaga.
Di sisi lain, terdapat beberapa tantangan yang berasal dari perekonomian global maupun domestik perlu diantisipasi agar pertumbuhan ekonomi DIY yang berkualitas dan berkesinambungan, tetap terjaga.
Sinergi dan kolaborasi antara Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, dan Instansi terkait lainnya akan terus diperkuat guna meningkatkan perekonomian DIY.
Beberapa langkah sinergi yang terus dan akan diperkuat, di antaranya akselerasi konektivitas antar daerah, integrasi transportasi, dan penguatan promosi pariwisata.
Kedua diversifikasi produk ekspor dengan mengidentifikasi produk lokal yang memiliki potensi pasar internasional. Dan ketiga pemberian insentif dan kepastian berusaha dalam rangka menarik minat calon investor.
Target sasaran
Pada aspek pengendalian inflasi, Bank Indonesia DIY bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY mengapresiasi peran aktif seluruh pihak yang telah bersinergi dan berkolaborasi dan akan meningkatkan sinergi pengendalian inflasi pada 2025.
Mengacu pada risiko ke depan, Bank Indonesia DIY optimis inflasi DIY tahun 2025 dapat terjaga pada kisaran target sasaran nasional sebesar 2,5±1%. Kondisi tersebut didukung oleh upaya TPID DIY dalam kerangka 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) DIY.
Operasi pasar
Implementasi gerakan tersebut diantaranya melalui pelaksanaan operasi pasar/pasar murah yang diperkuat dengan optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai price reference store, kampanye belanja bijak, penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) baik antar provinsi maupun intra provinsi.
Implementasi Masyarakat lan Pedagang Tanggap Inflasi (MRANTASI) dalam rangka meningkatkan literasi kepada pedagang pasar dan masyarakat.
Pengembangan Geographic Information System (GIS) sebagai geoportal dalam optimalisasi monitoring produksi dan penggunaan lahan yang juga menjadi bentuk nyata digitalisasi data pangan sebagai early warning system dalam pengendalian inflasi DIY, serta Inisiasi Gerakan Membeli Sayuran Petani (GEMATI) untuk menyerap produksi sayuran.
Selain itu mendorong adanya gerakan sosial masyarakat terkait keseimbangan harga, seperti gerakan masjid Nurul Ashri sebagai aggregator. (AGT/N-01)