
TEKNOLOGI sejatinya diciptakan untuk memudahkan manusia. Karena itu pencarian dan penyelamatan korban bencana kita bisa menggunakan teknologi berbasis drone, computer vision, dan perangkat pintar. Apalagi teknologi itu terbukti efektif digunakan di berbagai negara maju dalam operasi kebencanaan.
Penggunaan drone sebagai alat pencarian korban sebenarnya bukan hal baru di dunia. Contohnya penggunaan drone saat Hurricane Harvey di Amerika Serikat, ketika video udara dikirim secara real-time untuk mempercepat evakuasi, serta kejadian di Australia ketika drone menyelamatkan dua remaja terseret ombak dengan menjatuhkan pelampung secara otomatis.
Jepang dan Swiss juga telah mengembangkan drone dengan kamera termal dan AI untuk mendeteksi keberadaan manusia di antara puing. Di Indonesia drone sudah mulai dipakai, tapi belum terintegrasi dengan AI. Tantangannya tinggal integrasi, adopsi, dan hilirisasi.
Tantangan terbesar
Meski teknologi tersebut menjanjikan, kondisi geografis Indonesia yang kompleks menjadi tantangan terbesar. Medan bencana yang beragam, mulai dari banjir luas, hutan lebat, hingga wilayah tanpa sinyal mempengaruhi stabilitas drone dan akurasi deteksi berbasis AI.
AI bisa mendeteksi manusia di gambar, tapi kondisi lapangan tidak selalu ideal. Air keruh, banyak puing, pencahayaan minim, atau korban tertutup sebagian. Modelnya harus kuat banget buat kondisi dunia nyata. Selain itu, integrasi informasi dari drone dan AI ke tim SAR di lapangan juga membutuhkan sistem yang cepat dan rapi agar hasil deteksi bisa langsung ditindaklanjuti.
Untuk bisa diterapkan secara efektif, pengembangan teknologi dimulai dari penerapan sederhana yang langsung terasa manfaatnya. Drone stabil dengan video real-time berkualitas tinggi, menurutnya, sudah sangat membantu penyisiran tanpa harus menunggu teknologi canggih diterapkan sekaligus. Setelah itu baru ditambah fitur AI ringan untuk menandai area yang dicurigai ada manusia.
Bukan menggantikan manusia, tapi mempercepat proses ngecek video. Jika tahap ini berhasil, sistem multi-drone yang mampu menyisir wilayah luas secara otomatis bisa mulai diuji pada skala yang lebih besar
Integrasi teknologi
Uji coba di lapangan merupakan kunci keberhasilan integrasi teknologi pencarian korban di Indonesia. Sebab, teknologi secanggih apapun kalau belum diujicoba di medan Indonesia yang cuacanya cepat berubah dan banyak hal tak terduga masih perlu banyak penyesuaian.
Riset mengenai UAV, computer vision, dan AI di UGM sejatinya sudah sangat maju, namun masih memerlukan dukungan hilirisasi dan kolaborasi dengan instansi kebencanaan agar dapat benar-benar digunakan dalam operasi resmi.
Untuk itu inovasi pencarian korban tak berhenti di tahap konsep. Pasalnya, teknologi pencarian korban ini masih berhenti di tingkat riset. Idealnya ada dukungan yang lebih kuat supaya riset yang sudah ada bisa benar-benar sampai tahap hilirisasi dan dipakai di operasi SAR. Kegiatan uji coba rutin di lapangan juga diperlukan agar teknologi terus berkembang.
Tidak harus langsung besar, yang penting terus berkembang dan akhirnya bisa beneran membantu menyelamatkan nyawa. (agt/N-01)









