SEBAGAI negara yang memiliki banyak suku, Indonesia mempunyai keragaman budaya. Hampir semua daerah mempunyai budaya sendiri-sendiri dan itu harus dipertahankan.
Salah satunya adalah bisa diterapkan dalam membangun sistem peringatan dini. Akan semakin kuat jika ilmu pengetahuan dikolaborasikan dengan teknologi mutakhir berbasis big data dan kecerdasan buatan tanpa mengabaikan kearifan lokal.
Dengan begitu, masyarakat bisa cepat tanggap dan meminimalkan korban. Hal itu diungkapkan Plt Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam 4th International Forum on Big Data for Sustainable Development Goals (FBAS 2024) di China. FBAS 2024 dikutip dalam siaran persnya.
“Target utama sistem peringatan dini adalah zero victim, namun hal tersebut tidak akan terwujud jika mengesampingkan kearifan lokal, meski didukung big data dan kecerdasan buatan,” ungkap Dwikorita.
Dwikorita menerangkan, big data merupakan kumpulan data yang sangat besar, baik yang terstruktur maupun yang tidak struktur yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
Adapun kecerdasan buatan, dimanfaatkan untuk manajemen penanganan bencana di Indonesia. Dengan pemanfaatan keduanya, maka kini para ahli dapat memprediksi, mempersiapkan, dan merespons bencana alam dengan lebih baik. Dengan mengkombinasikan dengan kearifan lokal, maka kerugian akibat bencana alam dapat diminimalkan. (*/N-01)