
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin menolak gencatan senjata penuh dan segera di Ukraina. Putin hanya setuju untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi, setelah melakukan komunikasi melalui telepon dengan Presiden AS Donald Trump.
Pemimpin Rusia itu menolak untuk menyetujui gencatan senjata komprehensif selama satu bulan yang baru-baru ini dirancang oleh tim Trump bersama pihak Ukraina di Arab Saudi.
Putin menyatakan bahwa gencatan senjata penuh hanya dapat berhasil jika bantuan militer asing dan berbagi intelijen dengan Ukraina dihentikan.
Sekutu Eropa Ukraina sebelumnya telah menolak syarat semacam itu. Pembicaraan AS mengenai Ukraina akan berlanjut pada hari Minggu (23/3) di Jeddah, Arab Saudi, menurut utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.
Dalam perang yang telah berlangsung selama tiga tahun, Rusia baru-baru ini merebut kembali wilayah di Kursk yang sebelumnya diduduki oleh serangan Ukraina enam bulan lalu.
Hasil dari panggilan Trump-Putin pada hari Selasa (18/3) menunjukkan adanya perubahan dalam posisi AS dari pekan sebelumnya. Meskipun kedua pemimpin sepakat bahwa pembicaraan damai lebih lanjut akan segera dilakukan di Timur Tengah.
Ketika delegasi AS bertemu dengan tim Ukraina di Jeddah, Selasa lalu, delegasi AS berhasil meyakinkan Kyiv untuk menyetujui usulan gencatan senjata “segera” selama 30 hari di darat, udara, dan laut.
Presiden Volodymyr Zelensky tiba di Helsinki, Finlandia untuk kunjungan resmi pada hari Selasa.
Ia mengatakan Ukraina terbuka terhadap gagasan gencatan senjata yang mencakup infrastruktur energi, tetapi ingin mendapatkan lebih banyak detail terlebih dahulu.
Zelensky menuduh Putin menolak gencatan senjata setelah serangkaian serangan drone Rusia. Di antara target serangan tersebut adalah sebuah rumah sakit di Sumy dan fasilitas listrik di Slovyansk, kata Zelensky.
“Sayangnya, ada serangan yang secara khusus menyasar infrastruktur sipil,” kata Zelensky di platform X. “Hari ini, Putin secara efektif menolak proposal gencatan senjata penuh.” (*/S-01)