PEMBANGUNAN Jalan Tol Pekanbaru-Bangkinang yang digarap oleh PT Hutama Karya berhasil diselesaikan sepenuhnya.
Total panjang jalan mencapai 40 Kilometer (km). Sebelumnya jalan tol ini telah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada 2023, dan beroperasi sepanjang 31 km.
Pasca peresmian, terdapat sisa pekerjaan konstruksi 9 km di bagian STA 0+9 pada Gerbang Tol (GT) Keluar atau Ramp On-Of.
Ruas tol ini mengalami tantangan pembangunan pada lokasi yang melewati kawasan hutan, sehingga berdampak pada pengadaan lahan pada kawasan hutan.
Saat ini, 9 km sisa ruas jalan tersebut telah rampung dan dilakukan Provisional Hand Over (PHO) atau Serah Terima Pertama pada awal tahun 2024.
Jalan tol ini akan dioperasikan dan berfungsi sebagai penghubung proyek Jalan Tol Lingkar Pekanbaru. Ini merupakan bagian dari pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) Tahap II, dengan target akhir tahun 2024.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Adjib Al Hakim mengatakan untuk mempercepat penyelesaian pembangunannya, Hutama Karya mengimplementasikan digital construction.
Seperti Building Information Modelling (BIM) dengan tujuan tercapainya zero accident dan fatality.
Pengerjaan jalan tol ini didominasi engineer muda Indonesia, baik dari middle management hingga top management di lapangan.
“Kita pastikan kemutakhiran teknologi harus berjalan beriringan dengan manpower yang berkualitas untuk menghasilkan portofolio sesuai target, bermutu, dan berkualitas” kata Adjib Al Hakim, Senin (12/8).
Adjib menyampaikan jalan tol yang berlokasi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ini menerima apresiasi dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono terkait konstruksi.
Konsep ESG Jalan Tol
Selain itu histori pengadaan lahan dari pembangunan jalan ini cukup unik dan menjadi pertama di Indonesia.
Adjib mengatakan pihaknya mengadopsi penerapan aspek Environment, Social, Governance (ESG). Dalam hal ini tata kelola yang baik dalam praktik pengadaan lahan.
Untuk lahan yang melewati kawasan hutan, Hutama Karya memastikan prosedur pengadaan lahannya telah baku dengan tujuan meminimalisir dampak lingkungan secara khusus.
Dari sisi konstruksinya, integrasi nilai ESG juga diterapkan dengan prinsip green infrastructure yang telah dikaji.
Mulai dari pengendalian polusi udara dan kebisingan. Kemudian pengelolaan kualitas tanah dan air, pelestarian keanekaragaman hayati hingga pengelolaan limbah.
Adjib mengatakan pihaknya mengadopsi penerapan aspek Environment, Social, Governance (ESG). Dalam hal ini tata kelola yang baik dalam praktik pengadaan lahan.
Kehadiran jalan ruas Pekanbaru-Bangkinang memiliki sejumlah keuntungan ganda bagi sosial masyarakat. Seperti penyerapan lapangan pekerjaan pada masa konstruksi hingga operasinya, efisiensi waktu tempuh perjalanan.
Sehingga akses menuju ke kawasan pariwisata dan alur logistik jadi lebih lancar, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan pada daerah tersebut. (RUD/S-01)