HARGA gabah di tingkat petani di sejumlah kabupaten di Solo Raya masih menggembirakan. Bahkan petani di Sragen pada panen musim tanam ( MT) terakhir yang berlangsung bulan ini, sudah berani menentukan harga kepada tengkulak.
“Sebetulnya bukan merupakan kesepakatan. Tetapi ndelalah, teman-teman, sudah berani menentukan harga kepada tengkulak. Ya alhamdulillah jadi rezekinya teman-teman. Per pathok (3500 meter persegi ) laku antara Rp19 juta hingga Rp21 juta,” ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen, Suratno, Rabu (9/10).
Sedangkan di Boyolali, pada panen MT terakhir tahun ini yang usai pada medio September lalu, juga mendapatkan harga gabah yang lebih bagus per patok. Harga panenan gabah bagus, dihargai tengkulak hingga Rp27,5 juta.
“Teman-teman berani menentukan harga, karena untuk pengelolaan padi sekarang semakin sulit mendapatkan tenaga. Sawah di kawasan Ngemplak, Boyolali mencari buruh tani hingga Sumberlawang, Sragen. Anggaran jadi membengkak,” terang Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air ( P3A) Waduk Cengklik, Samidi.
Efek el nino
Menurut dua tokoh petani Sragen dan Boyolali, bahwa harga gabah tinggi menjadi situasi yang dibangun petani, sebagai dampak gagal panen karena efek El Nino, dan juga persoalan teknis sektor tanaman pangan tersebut.
Samidi menambahkan, semakin sulitnya mendapatkan tenaga bercocok tanam, dan juga persoalan irigasi di musim kemarau yang membutuhkan sumur sibel yang listriknya terkena pajak, dan keterlambatan pupuk, membuat petani makin berhitung agar tidak rugi.
Suratno ikut menimpali, kemudahan mendapatkan pupuk subsidi yang dijanjikan dan sekaligus direalisasi pemerintah, terlambat waktu, namun masih mampu menolong untuk musim tanam pertama ( Oktober 2024 – Februari 2025 ).
Saat ini sebagian pertanian di Boyolali dan Sragen sudah memulai tanam benih, untuk progres MT I. Namun mereka harus mendatangkan tenaga dari luar. Sedang dengan mesin tanam tidak ada tenaga yang mengawal dari belakang.
Bantuan pemerinah
Terpisah Kepala Dinas Pertanian Boyolali, Joko Suhartono mengatakan, masa depan pertanian di wilayahnya diyakini semakin membaik, seiring perhatian pemerintah pusat yang semakin baik.
“Ini bisa dicermati dari dialog Wakil Menteri Pertanian Sudaryono dengan petani Nogosari pada pertengahan Agustus lalu,” kata Joko kepada Mimbar Nusantara, Rabu (9/10).
Ketika berkunjung di Desa Jeron, Nogosari, Boyolali pada pertengahan Agustus silam, terungkap dialog menarik dengan petani. Salah satunya selain bibit, dan penambahan pupuk subsidi,dan juga bantuan mesin tanam dan mesin panen dan mesin pompa air atau sibel.
Sejumlah gapoktan yang mengikuti dialog, merasakan ada keseriusan pemerintah untuk membersamai petani dalam kebersamaan mengelola tanaman pangan untuk tujuan memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan. (WID/N-01)