JANGAN abaikan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Para penyintas yang baru pulih dari DBD bisa menghadapi risiko komplikasi jangka panjang.
Komplikasi lebih tinggi dibandingkan mereka yang pulih dari Covid-19.
Sebuah hasil penelitian terbaru menyatakan pasien yang sembuh dari DBD memiliki risiko 55 persen lebih tinggi mengalami komplikasi jantung.
Komplikasi jantung seperti detak jantung tidak teratur, penyakit jantung dan pembekuan darah.
Penemuan yang mengkhawatirkan ini muncul ketika para peneliti menyelidiki implikasi jangka panjang DBD. Penyakit ini sudah meluas ke banyak negara akibat perubahan iklim.
Asisten Profesor Lim Jue Tao dari Fakultas Kedokteran Lee Kong Chian Singapura sebagai penulis utama studi tersebut dalam siaran pers, Kamis (29/8) mengatakan beban perawatan kesehatan akan semakin berat.
“Kami juga membandingkan hasilnya dengan mereka yang sembuh dari Covid-19,” kata Lim Jue Tao.
Penelitian ini sebelumnya menunjukkan peningkatan risiko komplikasi kesehatan jangka panjang serupa.
“Secara keseluruhan, penelitian kami menggarishbawahi perlunya masyarakat untuk waspada terhadap demam berdarah di lingkungan mereka,” ujarnya.
Penelitian ini dapat menjadi sumber daya untuk mendukung perencanaan kesehatan masyarakat.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Travel Medicine berdasarkan hasil tes dan catatan klaim medis 11.707 warga Singapura yang terinfeksi demam dengue. Dan 1.248.326 pasien Covid-19 antara Juli 2021 hingga Oktober 2022 di Singapura.
Dari penelitian itu ditindaklanjuti dengan munculnya masalah kesehatan baru didiagnosis gangguan jantung, neurologi dan kekebalan tubuh.
Para peneliti mencatat bahwa mereka yang sembuh dari DBD memiliki risiko 55 persen lebih tinggi mengalami komplikasi jantung.
Dan 213 persen peningkatan risiko gangguan kognisi atau memori. Dan 198 persen peningkatan risiko gangguan pergerakan dibandingkan Covid-19.
“Studi ini sangat penting karena memberikan perbandingan komprehensif pertama mengenai masalah kesehatan pascapemulihan,” kata pakar independen, Profesor Kwok Kin-on, ahli epidemiologi penyakit menular di The Jockey Club School of Public Health and Primary Care, Chinese University of Hong Kong. (Medical Daily/S-01)
“