MENINGKATNYA gangguan mental dan berujung pada bunuh diri pada anak dan remaja harus menjadi perhatian serius pemerintahan baru Prabowo-Gibran.
Prabowo-Gibran harus bisa kontinuitas pembangunan kesehatan jiwa pada pemerintahannya.
“Pemerintahan Prabowo-Gibran harus bisa mewujudkan kontinuitas pembangunan kesehatan jiwa,” kata Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Dr dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ dalam keterangan tertulis, Jumat (4/10).
Data Susenas 2022 melaporkan bahwa sebanyak 1.719.844 orang atau 58,6 persen mengalami gangguan mental yang tinggal di dalam keluarga utuh. Keluarga memliki suami, istri dan anak.
Bila dipilah lagi dari keluarga utuh ini, anak-anak paling rentan mengalami gangguan mental yakni sebesar 34,2 persen.
Lalu diikuti kepala keluarga atau suami 24,4 persen dan istri sebesar 18,8 persen mengalami gangguan mental.
Dan untuk anak-anak ini ternyata Gen Z (lahir 1997-2012) paling tertinggi mengalami gangguan mental sebanyak 40,7 persen.
Disusul generasi Y atau milenial 26,7 persen (lahir 1981-1996). Generasi Alpha (lahir 2013 26,2 persen dan generasi lainnya 6,4 persen.
Harapan Noriyu sapaan akrab Nova Riyanti Yusuf berkaca pada tingginya gangguan kesehatan mental pada anak dan remaja.
Ia menambahkan saat ini yang sangat urgen dan harus menjadi perhatian bersama adalah peningkatakan kasus bunuh diri.
“Untuk melakukan intervensi sejak pencegahan, penanganan dan postvention bunuh diri perlunya panduan pencegahan bunuh diri anak dan remaja,” terangnya.
Panduan Kesehatan Jiwa
Untuk mencegah bunuh diri dan gangguan mental pada anak dan remaja maka digagas adanya panduan cegah bunuh diri pada anak dan remaja.
Noriyu dan sejumlah organisasi dunia yaitu World Psychiatric Association (WPA), Asian Federation of Psychiatric Association (AFPA), SAARC Psychiatric Federation (SPF).
Serta praktisi kesehatan jiwa membentuk panduan pencegahan bunuh diri anak dan remaja (Child and Adolescent Suicide Prevention Guidelines).
Panduan ini resmi diluncurkan pada Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 10 September lalu di PKJN RS Marzoeki Mahdi Bgor.
Acara itu dihadiri oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Presiden WPA, AFPA, dan Konsultan Psikiatri Anak & Remaja dari Amerika Serikat, Ahsan Nazeer.
Noriyu menjelaskan bahwa panduan ini akan diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia.
“Nantinya akan diberikan pelatihan kepada jejaring pengampuan rumah sakit layanan kesehatan jiwa,” ujarnya.
Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi adalah rumah sakit koordinator nasional jejaring pengampuan RS Layanan Kesehatan Jiwa yang berjumlah 269 rumah sakit.
“Panduan Pencegahan Bunuh Diri akan dilatihkan melalui Multidisciplinary Team Suicide Intervention,” lanjutnya.
Mereka yang dilatih idak hanya dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater, tetapi juga psikolog, perawat, dan dokter umum. (*/S-01)