KETIKA masih bernama Hindia Belanda, negeri ini pernah berjaya dalam produksi gula tebu dunia. Bahkan pada 1930 produksi dan ekspor gula tebu Jawa menempati ranking kedua dunia setelah Kuba.
Pabrik Gula Sewugalur di Adikarto (kini masuk Kabupaten Kulonprogo) pada akhir abad ke-19 memiliki kapasitas produksi yang mencapai 70.000 hingga 80.000 pikul pertahun. Hitungan konversiny, 1 pikul sama dengan 61,8 kilogram.
Namun, industri gula Hindia Belanda itu mengalami kemerosotan setelah masa penjajahan Jepang dan kondisi tersebut berlanjut hingga kini.
Saat memasuki era pemerintahan Prabowo Subianto, pemerintah bertekad swasembada gula pada 2028. Namun untuk mencapai target tersebut memang tidak mudah.
Guna mendukung target swasembada gula 2028 dan sekaligus membangun minat kalangan generasi muda menekuni pertanian tebu, PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) menginisiasi program Inkubator Agropreneur Tebu.
“Penyelenggaraan program ini didukung oleh Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian. Program ini dinilai sebagai solusi menciptakan link and match antara isu produktivitas dan peran generasi muda di sektor pertanian,” kata Direktur Utama PT SGN, Mahmudi di Yogyakarta.
Untuk menyosialisasikan Inkubator Agropreneur Tebu ini, PT SGN pkan lalu menggelar Talk Show Agripreneur Tebu, di Pekalongan, Jawa Tengah.
Pelatihan dan pendampingan
Lebih lanjut Mahmudi menyebutkan, generasi muda yang tertarik untuk menekuni agripreneur tebu akan mendapat pelatihan dan pendampingan agar bisa menjadi agripreneur pengelola perkebunan teu secara profesional, modern dan produktif serta berkelanjutan.
Dikatakan, para peserta akan mendapatkan berbagai pelatihan teknis, dukungan bisnis, serta pendampingan dari ahli sehingga diharapkan program dapat memperkuat kapasitas para peserta dalam membangun usaha tani yang berdampak positif pada sektor pertanian Indonesia.
Bahkan nantinya peserta yang lolos akan megelola mini estate dengan lahan tebu yang luasnya 50 hektare hingga 100 hektare yang dikelola seperti perusahaan dengan menggunakan teknologi modern.
Menurut Mahmudi, bisnis tebu merupakan bisnis yang sangat menguntungkan dan rendah risiko. Hadirnya Inkubator Agripreneur Tebu diapresiasi Direktur Utama PTPN III (Persero) Holding Perkebunan.
Pasalnya mengajak generasi muda menjadi generasi petani tangguh, kesejahteraan bagi dirinya sendiri, bagi para petani, hingga akhirnya memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Sebagai informasi Inkubator Agripreneur Tebu tersebut mendapat atensi besar dari generasi muda, tercatat peserta yang mendaftar sebesar 1.110 peserta dalam tiga hari dan saat ini dalam proses seleksi.
Petani muda
Beberapa tahapan antara lain seleksi awal, bootcamp, pelatihan lapangan, pendampingan ahli, inkubasi usaha, serta pendanaan dan kemitraan. Keseluruhan dari tahapan tersebut saling mendukung untuk menghasilkan petani muda yang siap bersaing dan berkontribusi besar terhadap ketahanan pangan nasional.
Tidak hanya mendorong terwujudnya swasembada sekaligus ruang berkontribusi bagi program negara, Inkubator Agripreneur Tebu juga memberikan berbagai keuntungan bagi peserta. Melalui program ini peserta mendapatkan peluang untuk membangun usaha mandiri yang difasilitasi akses kepada teknologi pertanian modern, bibit unggul, dan sarana dan prasarana yang memadai untuk memulai usaha tani tebu standar tinggi.
Program Inkubator Agripreneur Tebu ini menjadi terobosan dalam memberikan ruang bagi generasi muda untuk menjadi pionir dalam revolusi pertanian modern. Ini adalah kesempatan emas bagi mereka yang ingin terlibat dalam salah satu sektor strategis yang berperan penting dalam masa depan ketahanan pangan Indonesia. (Agt/N-01)