
PRAPASKAH merupakan salah satu masa paling penting dalam kalender liturgi Katolik. Masa ini dimulai pada Rabu Abu dan berlangsung selama 40 hari, yang berfokus pada tiga praktik utama: doa, puasa dan amal. Meskipun secara teologis Prapaskah bertujuan untuk mendekatkan umat kepada Tuhan melalui refleksi dan pertobatan, kita juga bisa menghubungkannya dengan prinsip efisiensi anggaran melalui ajaran moral dan etika yang terkandung dalam ajaran Gereja Katolik.
Prapaskah adalah waktu untuk merenung, memperbaiki diri, dan merencanakan hidup dengan lebih bijaksana. Pada masa ini, umat Katolik diajak untuk hidup lebih sederhana, mengendalikan diri, dan berfokus pada nilai-nilai yang lebih mendalam. Dalam konteks kehidupan sosial dan ekonomi, semangat Prapaskah dapat dihubungkan dengan prinsip efisiensi yang juga menjadi sorotan dalam kebijakan pemerintah, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (Hasbi, 2025).
Efisiensi bukan hanya sekedar tentang penghematan sumber daya, tetapi juga tentang pengelolaan yang bijaksana, bertanggung jawab, dan berorientasi pada tujuan yang lebih besar. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana kebijakan efisiensi yang diusung oleh Presiden Prabowo dan Gibran, yang berfokus pada pengelolaan anggaran negara dan pemberdayaan ekonomi rakyat, dapat dipadukan dengan ajaran Prapaskah untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan berkelanjutan.
Menumbuhkan kesadaran
Prapaskah mengajak umat Katolik untuk menjalani hidup dengan kesederhanaan dan refleksi mendalam. Puasa, amal, dan doa adalah tiga pilar utama dalam masa ini, yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memurnikan jiwa. Namun, Prapaskah juga dapat dimaknai sebagai ajakan untuk mengelola sumber daya yang diberikan dengan lebih bijaksana, baik itu waktu, energi, atau keuangan. Prinsip-prinsip tersebut sangat relevan ketika kita membahas efisiensi, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kebijakan publik.
Pentingnya efisiensi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pengelolaan anggaran keluarga atau institusi, sangat sejalan dengan semangat Prapaskah. Sama halnya dengan umat Katolik yang diajak untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu selama masa puasa, kebijakan pemerintah yang mengutamakan efisiensi juga bertujuan untuk meminimalkan pemborosan dan memaksimalkan manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan.
Mewujudkan pemerintahan tepat guna
Kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang berfokus pada efisiensi anggaran dan pemberdayaan ekonomi rakyat, sejalan dengan semangat yang terkandung dalam ajaran Prapaskah. Salah satu aspek utama dari kebijakan ini adalah pengurangan pemborosan anggaran negara dan pengalokasian dana untuk sektor-sektor yang lebih produktif, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Prinsip efisiensi yang diusung oleh pemerintahan ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap pengeluaran negara memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Pada tingkat nasional, efisiensi tidak hanya berkaitan dengan penghematan biaya, tetapi juga dengan pengelolaan anggaran yang tepat guna. Pemerintah di bawah Prabowo-Gibran berkomitmen untuk mengurangi pemborosan melalui transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana publik. Kebijakan ini juga mencakup pemotongan anggaran untuk proyek-proyek yang tidak memberikan dampak signifikan, serta mengoptimalkan program-program yang benar-benar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Prapaskah dengan Kebijakan Efisiensi
Pada masa Prapaskah, umat Katolik diminta untuk merefleksikan cara mereka menggunakan sumber daya yang dimiliki, baik itu dalam bentuk waktu, tenaga, maupun materi. Hal ini sangat mirip dengan pendekatan yang diambil oleh pemerintahan Prabowo-Gibran, yang mengutamakan pengelolaan sumber daya negara secara efisien. Kebijakan efisiensi ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran negara demi kesejahteraan rakyat, sekaligus mengurangi pemborosan yang tidak memberikan manfaat jangka panjang.
Dalam konteks pribadi, umat Katolik dapat belajar dari kebijakan efisiensi ini dengan lebih cermat dalam merencanakan anggaran rumah tangga. Sama seperti pemerintah yang merencanakan anggaran negara untuk memaksimalkan manfaat sosial, individu juga dapat memaksimalkan manfaat finansial mereka dengan mengelola pengeluaran dan tabungan secara bijaksana. Prapaskah mengajarkan disiplin dan pengendalian diri, dua hal yang juga sangat penting dalam perencanaan anggaran pribadi yang efisien.
Sinergi dengan Kebijakan Sosial
Salah satu pilar utama dalam masa Prapaskah adalah amal, yang mengajak umat Katolik untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Dalam konteks kebijakan pemerintah, ini berhubungan dengan pengalokasian anggaran untuk program-program sosial yang mendukung kesejahteraan masyarakat, terutama mereka yang kurang mampu. Pemerintahan Prabowo-Gibran menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi rakyat melalui bantuan sosial yang tepat sasaran dan program-program yang dapat membuka lapangan kerja.
Kebijakan ini juga dapat dilihat sebagai manifestasi dari ajaran Prapaskah tentang berbagi. Pemerintah berusaha memastikan bahwa dana yang dikeluarkan tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Sama halnya dengan umat Katolik yang menyisihkan sebagian pendapatan untuk berbagi dengan sesama, pemerintah juga mengalokasikan sebagian besar anggaran untuk mendukung rakyat miskin dan kelompok yang membutuhkan.
Menyelaraskan perencanaan
Prapaskah mengajarkan kita untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai Kristiani, yaitu kasih, kesederhanaan, dan pengorbanan. Dalam perencanaan anggaran, kita bisa menyelaraskan prinsip-prinsip ini dengan tujuan keuangan kita. Misalnya, jika kita ingin mencapai tujuan keuangan tertentu, kita harus memiliki disiplin dan kesederhanaan, serta tidak terjebak pada godaan untuk menghabiskan uang secara tidak bijaksana.
Selain itu, pengorbanan dalam konteks perencanaan anggaran bisa berarti mengorbankan kemewahan dan kenyamanan demi tujuan yang lebih besar, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Ini adalah refleksi dari pengorbanan Kristus, yang mengajarkan kita untuk melepaskan hal-hal yang sementara demi tujuan yang lebih mulia.
Prapaskah, dengan ajarannya tentang pengendalian diri, kesederhanaan, dan amal, memberikan landasan spiritual yang kuat untuk mengelola sumber daya secara bijaksana. Prinsip-prinsip ini dapat diaplikasikan dalam perencanaan anggaran pribadi maupun dalam kebijakan pemerintah.
Kebijakan efisiensi yang diterapkan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mencerminkan semangat Prapaskah dalam mengelola sumber daya negara dengan bijaksana dan tepat guna.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Prapaskah dalam kebijakan efisiensi dan pengelolaan anggaran, baik pada tingkatan pribadi maupun negara, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera, berkelanjutan, dan bermakna.
Prapaskah mengajarkan kita untuk hidup lebih sederhana dan berbagi dengan sesama, sementara kebijakan efisiensi pemerintah berfokus pada pengelolaan yang optimal untuk kesejahteraan bersama. Kedua hal ini, meskipun berasal dari konteks yang berbeda, saling melengkapi dan dapat bersinergi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. (Ais/N-01)
(Dr. Aryanto Tinambunan, MSi. Dosen Tidak Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Santo Thomas dan ASN Pemprov. Sumut)