Mbah Sarno yang Hidup Sebatang Kara itu Akhirnya Dapat Bantuan dari Presiden

MBAH Sarno, demikian pria lansia itu akrab disapa. Si mbah tinggal di Genjahan, Ponjong, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pria berusia 84 tahun menjalani hari-hari tuanya tidak mudah.

Saat ini, Sarno tidak berpenghasilan dan hidup sebatang kara. Ia tinggal di sebuah rumah kecil, bekas kandang ayam. Tak ada perkakas modern, hanya ada televisi kotak yang sudah rusak. Untuk membunuh rasa sepi kesehariannya, Mbah Sarno hanya mendengarkan suara dari radio usangnya.

Hari ini, Senin (5/8), sekitar pukul 15.00 WIB, ia kedatangan tamu istimewa dari Jakarta yang tidak lain adalah staf kepresidenan. Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus tahun ini, Presiden Joko Widodo memberikan bantuan kepada Mbah Sarno.

Penyerahan bantuan tersebut disaksikan oleh lurah setempat serta masyarakat sekitar. Adapun menurut Penanggungjawab Kehumasann Pimpinan dan Pemda DIY Ditya Nanaryo Aji, pemberian bantuan itu dilakukan, karena sempat ramai di media mengenai kisah Mbah Sarno.

“Bantuan yang diberikan berupa sembako dan sejumlah uang. Presiden RI mengetahui hal ini dari pemberitaan media yang sempat viral. Karena kisah beliau ini, Presiden tersentuh dan mengirimkan bantuan. Mengingat bahwa Mbah Sarno ini pernah berjuang untuk Indonesia RI, dalam pasukan militer sukarela. Semoga apa yang telah diberikan kepada Mbah Sarno dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,” tutur Ditya.

Siapa sebenarnya sosok Mbah Sarno? Ternyata Sarno tercatat pernah menjalani dinas militer, sebagai Militer Sukarela. Dia pernah menjalani tugas dalam Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora). Meski demikian, hingga saat ini statusnya belum bisa menjadi veteran, walau sudah pernah mengajukan status veteran hingga dua kali sejak 2014.

Si Mbah juga ternyata pernah terlibat dalam pemberantasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) hingga Operasi Trikora. Dia bergabung dengan TNI Angkatan Darat 1960 dan masuk dalam Kesaatuan Batalyon Infanteri (Yonif) 409/Suhbrasta yang berkedudukan di Sragen.

“Saya tugas mulai dari tahun 1960 sewaktu ada DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Jawa Barat. Kedua di Sumatra pemberantasan PRRI. Ketiga kali di Sulawesi itu memberantas Kahar Muzakkar. Keempat kali itu ke Irian, merebut Irian Barat dalam Operasi Trikora,” tutur Mbah Sarno.

Pria renta ini juga berperan dalam memberantas anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1966-1967. Sebelum purna tugas, Sarno diberi penghargaan bintang sewindu. Penghargaan itu dia dapatkan setelah sembilan tahun bertugas. Sarno menyebut, sudah tidak menjadi anggota Militer Sukarela sejak 1969. “Saya tugas sampai 1969. Akhirnya sudah Sembilan tahun itu diserahkan saya sudah dapat bintang sewindu juga,” ujar Mbah Sarno.

Agung Nugroho, Lurah Genjahan, Ponjong, mengatakan, Mbah Sarno merupakan salah satu warganya yang memang berkategori tidak mampu. Ia pernah mendapatkan BLT pada masa Covid-19, namun saat ini program tersebut dihentikan.

Selain itu, ia juga mendapatkan bantuan dari alokasi dana desa, yang disalurkan setahun sekali. Sejak 2020, pihaknya telah mengeluarkan bantuan minimal 10% untuk diberikan kepada warga yang memang kurang mampu, termasuk Mbah Sarno. Namun, tentu Mbah Sarno harus berbagi dengan sejumlah besar warga yang membutuhkan. Untuk PKH sendiri, Agung menyebut, tidak bisa melakukan intervensi.

“Bantuan ini masih kurang, dan kami berharap bantuan selanjutnya bisa beliau dapat dari luar kalurahan. Kami harap beliau dapat dibantu sebagai bekas pejuang yang pernah berjasa terhadap Indonesia ,” ujar Agung.

Terkait dengan kelayakan hunian, Agung juga tidak bisa berbuat banyak melalui program RTLH. Bantuan RTLH ini terkendala karena Mbah Sarno sudah tidak memiliki lahan yang ada di sini. Syarat bantuan RTLH sendiri adalah memiliki tanah atas nama yang bersangkutan, atau salah satu warga yang mengatasnamakan mBah Sarno.

Agung berharap bantuan kepada mBah Sarno ini bisa terus berlanjut, tidak hanya dari satu pihak saja. Mengingat saat ini Mbah Sarno sudah berusia sangat lanjut, yaitu 84 tahun. Sehari-hari, dirinya tidak bekerja lagi karena usia lanjut. Untuk keseharian, keponakan Mbah Sarno lah yang menanggungnya.

Agung memastikan, bantuan yang baru saja diterima oleh Mbah Sarno benar-benar bantuan dari Presiden RI. “Bantuan berupa sembako, kemudian uang stimulan untuk mungkin 2 bulan 3 bulan cukup untuk hidup Pak Sarno. Stimulan uang kalau nominalnya kami tidak mau tahu, artinya karena itu sudah hak beliau,” tutup Agung. (Agt)

 

  • Anton Kustedja

    Related Posts

    Paboras Komit Siapkan Generasi Emas Lewat Pendidikan Rohani

    DEWAN Pengurus Pusat Parsadaan Anak Boru Bere Toga Raja Siburian (Paboras) berkomitmen membantu pemerintah menyiapkan generasi muda yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing. Untuk itu Paboras  menyelenggarakan Sosialisasi Generasi Emas…

    Muhammad Daffa Lulusan S1 Tercepat di UGM

    MUHAMMAD Daffa Adiibah Sinapoy, asal Sulawesi Tenggara berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Isipol Universitas Gadjah Mada dalam waktu 3 tahun 1 bulan 14 hari. Ia mengikuti Wisuda Program Sarjana dan…

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Jangan Lewatkan

    Palestina Dukung Keputusan ICC Tangkap Netanyahu

    • November 22, 2024
    Palestina Dukung Keputusan ICC Tangkap Netanyahu

    Serapan Pupuk Bersubsidi di Jateng Capai 60,23%

    • November 22, 2024
    Serapan Pupuk Bersubsidi di Jateng Capai 60,23%

    Paboras Komit Siapkan Generasi Emas Lewat Pendidikan Rohani

    • November 22, 2024
    Paboras Komit Siapkan Generasi Emas Lewat Pendidikan Rohani

    Jelang Nataru, Pertamina Patra Niaga Lakukan Uji Tera di 128 SPBU

    • November 22, 2024
    Jelang Nataru, Pertamina Patra Niaga Lakukan Uji Tera di 128 SPBU

    Muhammad Daffa Lulusan S1 Tercepat di UGM

    • November 22, 2024
    Muhammad Daffa Lulusan S1 Tercepat di UGM

    Warga Antusias Bertemu Wapres Gibran dan Pj Gubernur Jateng

    • November 22, 2024
    Warga Antusias Bertemu Wapres Gibran dan Pj Gubernur Jateng