KASUS demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan. Tercatat hampir saban hari antara 8 hingga 12 orang divonis mengidap penyakit tersebut. Bahkan kini dari 309 melonjak menjadi 322 kasus dan menyebabkan 18 orang mendapat perawatan serta 1 orang meninggal dunia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayahnya masih terus meningkat. Namun, peningkatan tersebut terjadi karena ditemukan tempat perindukan nyamuk aedes aegypi (larva) di rumah dan lingkungan sekitar.
“Kasus DBD yang terjadi sekarang membuat 18 orang harus menjalani perawatan di RSUD Dr Soekardjo, RS Jasa Kartini dan rumah sakit swasta lainnya. Peningkatan kasus tersebut, terjadi sejak awal bulan Januari, Februari dan Maret, tercatat 322 kasus di antaranya satu meninggal berusia 18 tahun berjenis kelamin perempuan,” katanya, Sabtu (6/4).
Asep mengatakan, serangan kasus DBD yang terjadi di wilayahnya karena pergantian musim el nino ke hujan dan adanya peningkatan jentik nyamuk yang ditemukan di dalam rumah, termasuk kurangnya pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selama ini masyarakat abai pada lingkungan. Untuk penambahan kasus DBD yang terjadi di wilayahnya, sebut dia mayoritas anak-anak.
“Kasus DBD yang terjadi di Kota Tasikmalaya mayoritas anak paling banyak berusia 5 bulan hingga 10 tahun. Mereka telah mendapat perawatan di ruang melati dan untuk dewasa di ruang Mitra Batik RSUD Dr Soekardjo serta yang lain di rumah sakit swasta. Peningkatan kasus terjadi, karena curah hujan tinggi hingga kesadaran masyarakat kurang terutama abai dalam kebersihan lingkungan,” ujarnya.
Menurutnya, meningkatnya kasus DBD masih terjadi dan berbagai upaya akan dilakukannya terutama mengedukasi masyarakat secara masif tentang tanda bahaya penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan mereka supaya segera melaporkan atau mengakses fasilitas kesehatan. Namun, kegiatan yang dilakukan seperti menguras, menutup dan mengubur (3M) serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN) hingga menjaga pola hidup sehat dan bersih (PHBS).
“Dinas Kesehatan (Dinkes) akan melakukan penyemprotan obat insektisida atau fogging di wilayah dengan angka kasusnua lebih dari 1 persen dari populasi berisiko. Kami meminta agar masyarakat harus rajin membersihkan lingkungan supaya bersih dan tidak ada lagi jentik nyamuk tumbuh dewasa termasuknya harus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” paparnya. (GG/M-1)