BALAI Pelestarian Kebudayaan (BPK) IX Jawa Barat mengadakan Sakola Budaya, yang diikuti 117 peserta dari 35 SMA/sederajat di Provinsi Jabar.
Kegiatan selama tiga hari bertajuk ‘Kenali Budayamu Cintai Negerimu’ ini, sebagai upaya meningkatkan internalisasi dan aktualisasi warisan budaya.
Kegiatan dimulai 23-25 Juli di tiga lokasi yaitu Museum Konperensi Asia Afrika (KAA), Museum Sribaduga dan Pesantren Budaya Giriharja di Jelekong.
Plt Kepala BPK Wilayah IX Jabar, Lita Rahmiati mengatakan peran generasi muda dalam kemajuan kebudayaan tidak dapat dipisahkan.
Terlebih, sebagai penerus, mereka akan menjadi tonggak estafet kemajuan budaya di masa depan. Para peserta juga diperkenalkan kekayaan budaya yang dimiliki Jawa Barat.
Dengan tujuan untuk menumbuhkan pemahaman generasi muda tentang keanekaragaman budaya bangsa satu dengan lainnya, dan memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri.
Di samping itu untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan cinta budaya Indonesia, sebagai penguatan jati diri bangsa.
“Kita mulai kegiatan ini di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Peserta dikenalkan keberadaan warisan budaya. Contoh lokasi yang kita kunjungi yaitu Museum KAA, memiliki nilai sejarah dan dapat menjadi inspirasi,” terang Lita.
Kegiatan Sakola Budaya
Menurut Lita, kegiatan ini diharapkan bisa diadakan setiap tahun. Dengan pengembangan kegiatan tidak hanya di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, tapi juga ke daerah lain yang ada di Jabar.
Apalagi Jabar kaya budaya dan dapat menjadi bekal para peserta atau generasi muda dalam mengenal budaya mereka.
“Banyak pesan yang kami sampaikan untuk peserta dan keterlibatan peserta pada kegiatan itu dilakukan dengan dua metode. Pertama melalui website atau open call dan kedua diundang langsung oleh tim pelaksana,” tuturnya.
Kegiatan Sakola Budaya ini dapat menjadi aksi penting di tengah gempuran budaya luar. Oleh karena itu, tim BPK Wilayah IX Jabar menginisiasi kegiatan yang diharapkan juga akan menanamkan kecintaan akan kekayaan budaya Indonesia.
“Konsep Sakola Budaya ini melibatkan peserta dengan mengenalkan warisan budaya secara langsung, baik yang bersifat intangible (tak benda) berupa Objek Pemujaan Kebudayaan berupa cagar budaya,” sambung Lita. (Rava/S-01)