
PULUHAN siswa SD Negeri Bangunsari, Dusun Kubangpari, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ikut melakukan panen raya padi organik di lahan seluas 24 hektare milik Kelompok Tani Parikesit. Kegiata panen raya tersebut guna memperkenalkan anak usia dini meningkatkan swasembada pangan.
Guru pengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan bidang Budi Peketi, Pujiati mengatakan, mata pelajaran di sekolah tak hanya belajar tapi diperkenalkan supaya mereka hidup mandiri dan menjadi petani handal. Karena, orang tua mereka sebagian besar petani yang setiap hari akrab dengan sawah.
“Saya selalu memperkenalkan anak didik di usia dini supaya mereka bisa hidup mandiri ketika beranjak dewasa belajar bertanam, bertani, menyemai, menanam dan panen. Nereka harus tahu terutama beras darimana dan jangan hanya bisa makan,” katanya, Selasa (29/4/2025).
Regenerasi petani
Sementara itu, Makerting dan urusan eksterenal Kelompok Tani Parikesit, Dusun Kubangsari, Sohidin Heryanto mengatakan, panen raya padi organik yang dilakukannya memang selalu melibatkan anak sekolah. Tujuannya agar mereka bisa mandiri. Karena, memang sekarang petani muda jarang sekali turun ke lapangan mengingat untuk sekarang regenerasi petani sangat sulit.
“Kami dari Poktan Parikesit memiliki area persawahan seluas 54 hektare namun baru 24 hektare sudah padi organik, ke depan semua lahan yang dikelolanya bisa beralih ke organik termasuk akan menguntungkan bagi petani dan juga menyelamatkan bumi. Namun, memakai pupuk organik tentunya akan menekan biaya produksi karena hasil produksi 1 hektare menghabiskan Rp10 juta, biaya produksi Rp15 juta secara konvensial,” katanya.
Ia mengatakan, pihaknya mengajak petani untuk beralih dari konvensional ke organik tidak mudah dan semua membutuhkan waktu tapi akan terus berproses, karena secara nilai ekonomi memiliki pendapatan lebih bagi para petani dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Namun, selama ini petani yang sudah terbiasa dengan sesuatu instan dan tidak mau ribet dalam produksi hingga hasil lebih menekan biaya.
“Pada masa panen raya padi harga gabah kering giling (GKG) bisa dihargai Rp8.500 per kilogram dan untuk beras sendiri harga bisa lebih tinggi Rp200 ribu per kwintal atau Rp 20 ribu per kilogram. Pengolahan beras organik yang dilakukan selama ini memang dipasarkan dan dijual ke Dinas Pertanian Ciamis, Jakarta, Bandung, Riau dan Balik Papan termasuk rumah makan,” ujarnya.
Beralih ke organik
Menurutnya, beralihnya dari konvensional ke organik dilakukan sejak 2006 dan Poktan dikelola oleh 11 petani supaya para petani juga lebih mandiri dari pembenihan hingga pemasaran dan masuk 2022 mendapat pendampingan bantuan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya berupa mokri organisme lokal (rumah mol) sebagai tempat proses pembuatan pupuk organik cair (POC) sekaligus ruang pamer hasil dari POC, turunan usaha berbahan baku beras organik, salah satunya liwet organik instan.
“Pada masa panen padi organik di Dusun Kubangsari memang menghasilkan produksi rata-rata 7-8 ton, sebelumnya memakai pupuk kimia hanya mencapai 6 ton. Akan tetapi, ketika itu ada beberapa kendala dalam menyosialisasikan program padi organik ke para petani dan sekarang mereka sudah terbiasa meski awalnya ada rasa takut produksi turun tapi ternyata meningkat,” pungkasnya. (Yey/N-01)