Cegah Radikalisme, Pemerintah Harus Bekali Pekerja Migran

PEMERINTAH harus lebih serius memberikan sosialisasi, dan sekaligus pembekalan untuk penguatan bagi para pekerja migran, agar tidak menjadi kelompok rentan, hingga terjebak dan menjadi korban jaringan radikal, selama bekerja di luar negeri.

Indonesia Migran Care mencatat, setidaknya sejak sebelum 2015, sering bermunculan pekerja migran menjadi korban kelompok radikal, seperti ISIS. Kasus itu muncul di Korea, Hongkong, Taiwan dan Singapura, yang membuat kelompok rentan pekerja migran asal Indonesia ini terkena proses hukum dan dideportasi.

“Hal ini terjadi sejak sebelum 2015. Dan hingga sekarang ini masih ada pekerja migran, termasuk di dalamnya perempuan migran, dihukum dan ada yang dideportasi karena dianggap terafiliasi oleh kelompok radikal teroris, meski mereka sebenarnya hanya korban,” ungkap Direktur Eksekutif Migran Care, Wahyu Susilo kepada Mimbar Nusantara di Solo, Senin ( 2/12).

Singapura dan Korea, merupakan dua dari 4 negara tujuan pekerja migran dari Indonesia, yang paling sering melakukan deportasi kepada mereka yang menjadi korban kelompok radikal atau teroris semacam ISIS.

Kalangan rentan

Menurut Wahyu, selama ini yang menjadi sasaran kelompok radikal adalah kalangan rentan, dan pekerja migran termasuk di dalamnya perempuan pekerja migran. Bagi kelompok ISIS, bukan masalah jumlah dalam merekrut, tapi bagaimana mereka mempengaruhi, dan menjsdikan senjata mematikan dalam gerakan terorismenya.

Jumlah terbanyak pekerja migran terpapar atau menjadi korban kelompok radikal atau teroris pada 2017, mencapai 59 orang. Dan tiap tahun masih saja ada yang tersangkut, dan dideportasi baik dari Korea dan terutama Singapura yang terkenal ketat membentengi diri dari ancaman aksi terorisme.

Gandeng BNPT

Migran Care sendiri, lanjut dia, untuk membantu agar pekerja migran tidak terjebak kelompok radikal, telah menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Teroris ( BNPT) dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia ( BP2MI) untuk memberikan sosialisasi.

Namun demikian, Migran Care memandang perlu, pemerintah bersama stakeholder lain harus lebih masif memberikan penguatan, terutama idiologi negara, sejak di dalam negeri, agar pekerja migran menjadi lebih kuat, dan tidak terpancing ajakan atau jebakan kelompok radikal dinluar negeri. (Wid/N-01)

Dimitry Ramadan

Related Posts

Masih Ada 0,68 Persen NIK yang belum Dipadankan

MENJELANG diberlakukannya Coretax System oleh pemerintah pada Januari tahun depan, jumlah Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang telah dipadankan dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sudah mencapai 75.939.355 hingga 3 Desember…

Datangi Ponpes Ora Aji, Sonhaji Maafkan Gus Miftah

SETELAH beritanya sempat viral akibat ‘dihina’ Gus Miftah dalam sebuah acara pengajian, pedagang es bernama Sonhaji akhirnya mendatangi kediaman Gus Miftah di Pondok Pesantren Ora Aji, Padukuhan Tundan, Purwomartani, Kalasan,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Masih Ada 0,68 Persen NIK yang belum Dipadankan

  • December 4, 2024
Masih Ada 0,68 Persen NIK yang belum Dipadankan

Datangi Ponpes Ora Aji, Sonhaji Maafkan Gus Miftah

  • December 4, 2024
Datangi Ponpes Ora Aji, Sonhaji Maafkan Gus Miftah

Menangi Sengketa Pemilu, Eep Minta Keadilan Mahkamah Partai

  • December 4, 2024
Menangi Sengketa Pemilu, Eep Minta Keadilan Mahkamah Partai

Pertamina Tambah Layanan Menghadapi Liburan Nataru

  • December 4, 2024
Pertamina Tambah Layanan Menghadapi Liburan Nataru

KPU Kota Bandung Gelar Rekapitulasi Suara Pilkada Bandung

  • December 4, 2024
KPU Kota Bandung Gelar Rekapitulasi Suara Pilkada Bandung

Wakil Bupati Sleman Minta Kendalikan Harga Saat Nataru

  • December 4, 2024
Wakil Bupati Sleman Minta Kendalikan Harga Saat Nataru