UNTUK mengembangkan industri kefarmasian dan kesehatan di Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Daewoong membentuk Joint Research Laboratory.
Laboratorium yang diberi nama Drug Delivery System Research Institute ITB-Daewoong diresmikan pemakaiannya pada Kamis (3/10) di Labtek VIII Sekolah Farmasi (SF) ITB.
Kerja sama tersebut dilakukan, sebagai langkah strategis ITB dan Daewoong, untuk memperluas pemanfaatan alat-alat di bidang farmasi dan kesehatan untuk penelitian dan pengujian.
Kepala Pusat Hilirisasi Farmasi ITB Dr apt Amirah Adlia mengatakan, kolaborasi ini tidak hanya memberikan manfaat bagi ITB dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Tapi juga, dapat memberikan nilai tambah bagi industri farmasi di Indonesia.
“Laboratorium bersama ini, mempunyai fasilitas yang sangat lengkap,.termasuk beberapa alat atau mesin yang langsung diimpor dari Jepang. Di laboratorium ini, terdapat salah satu mesin tablet bilayer dan triple-layer yang menjadikan ITB sebagai Sekolah Farmasi pertama di Indonesia yang mempunyai mesin cetak tablet itu,” ungkap Amirah, Dosen dari Kelompok Keahlian (KK) Farmasetika SF ITB.
Alih teknologi
Menurut Amirah, berbagai peralatan tersebut telah diatur agar sesuai standar industri farmasi. Pihaknya pun memastikan kelancaran alih teknologi dari tahap penelitian dan pengembangan menuju produksi skala besar. Berbagai fasilitas yang ada di laboratorium bersama ini diharapkan dapat semakin menghasilkan riset yang berkualitas.
“Ada pun beberapa fasilitas yang ada di laboratorium tersebut antara lain Dissolution Room, di mana alat-alat di ruangan ini ini berfungsi untuk mengukur seberapa cepat serta efisien obat terlarut dalam tubuh setelah dikonsumsi. Kemudian ada Analysis Room yang digunakan untuk menganalisis serta memastikan setiap obat dapat dikembangkan sesuai kualitas yang ditetapkan,” papar Amirah.
Lalu lanjut Amirah, terdapat Weighing Room, yakni ruangan yang ditujukan untuk proses penimbangan bahan-bahan farmasi. Agar setiap bahan-bahan obat dapat terjaga konsistensi serta keamanannya.
Ada pula Stability Chamber Room, di mana ruangan ini berfungsi guna melakukan pengujian stabilitas obat dalam berbagai kondisi lingkungan, disesuaikan suhu, kelembaban dan lain sebagainya. Beralih ke Tabletting Room yang dilengkapi dengan mesin-mesin canggih untuk memproduksi tablet obat. Di sini para peneliti dapat melakukan uji coba dalam formulasi tablet hingga memastikan kualitas obat tetap terjaga.
“Selain itu, ada Storage for Material Room, yang bermanfaat untuk memastikan kualitas bahan baku obat terjaga dengan baik. Ruang penyimpanan tersebut dirancang khusus untuk menyimpan bahan-bahan farmasi dalam kondisi optimal,” terang Amirah.
Simbiosa mutulisma
Sementara itu Kepala Laboratorium Drug Delivery System Research Institute ITB-Daewoong Dr Yuda Prasetya Nugraha menambahkan, kolaborasi ini memberikan dampak yang positif bagi kedua belah pihak, baik dari segi industri maupun akademisi.
Daewoong yang merupakan salah satu pelaku industri farmasi, bisa mendapatkan akses langsung ke hasil riset ilmiah yang dikembangkan para ahli, dosen, serta mahasiswa ITB. Di sisi lain ITB juga dapat memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan alat-alat canggih dan dana riset yang berasal dari industri.
“Skema ini pun memungkinkan para mahasiswa dan peneliti dari ITB untuk berkolaborasi dengan tim dari Daewoong, untuk memperkaya pengalaman dan keterampilan mereka dalam menghadapi tantangan riset yang kompleks,” imbuh Yuda.
Menurut Yuda, kerja sama ini tidak hanya diharapkan memberikan kontribusi bagi riset ilmiah di Indonesia, tapi juga dapat membantu ITB dalam mengakselarasi transfer sekaligus memberikan dukungan bagi industri farmasi. Sehingga ke depannya semakin tercipta ekosistem riset yang lebih maju dan bermanfaat bagi perkembangan farmasi, tidak hanya di Indonesia namun juga dalam kancah global. (Rava/N-01)