WAKIL Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian, Rosemary DiCarlo mengecam serangan Israel baru-baru ini terhadap Sekolah al-Tabeen di Gaza. Ia juga menyerukan semua pihak untuk mengakhiri semua retorika dan tindakan yang bisa meningkat eskalasi konflik.
“Serangan Israel yang menghancurkan Sekolah al-Tabeen di Gaza, sekali lagi menunjukkan betapa perlunya mencapai gencatan senjata, membebaskan para sandera dan meningkatkan bantuan kemanusiaan,” tegas Rosemary DiCarlo.
DiCarlo mengulangi pernyataan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang mengutuk hilangnya nyawa yang terus meningkat di Gaza menyusul serangan terhadap sebuah sekolah yang menampung ratusan keluarga pengungsi Palestina.
Dia menekankan bahwa situasi di Jalur Gaza masih merupakan bencana besar bagi warga sipil.
“Tidak ada tempat yang aman di Gaza, namun warga sipil terus diperintahkan untuk mengungsi ke daerah yang semakin menyusut,” katanya.
Sepuluh bulan setelah konflik terjadi, DiCarlo memperingatkan akan meningkatnya ancaman regional dan mendesak semua pihak untuk melakukan deeskalasi.
“Jika kemunduran menuju bencana yang lebih besar ingin dihentikan, para pihak harus mengakhiri semua retorika dan tindakan yang meningkat,” katanya.
Ia mengatakan bahwa perdamaian abadi di Timur Tengah akan tetap sulit dicapai tanpa memperhatikan kebutuhan keamanan Israel dan aspirasi Palestina untuk menjadi negara.
“Pembunuhan, kehancuran dan penderitaan di Gaza harus diakhiri. Para sandera harus dipersatukan kembali dengan keluarga mereka,” tambahnya.
Trauma emosional dan psikologi
Kepala Divisi Pembiayaan Kemanusiaan dan Mobilisasi Sumber Daya Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, Lisa Doughten mengatakan kepada Dewan bahwa serangan Israel terhadap sekolah yang menampung pengungsi di Gaza bukanlah sebuah insiden yang terisolasi.
“Memang benar, serangan seperti itu nampaknya semakin sering terjadi,” kata Doughten.
Dia menggarisbawahi trauma emosional dan psikologis yang sangat besar yang dialami anak-anak akibat perang ini. Doughten menambahkan kepada Dewan bahwa lebih dari setengah juta siswa di Gaza telah kehilangan satu tahun akademik penuh. (BBC/N-01)