
NEGARA Tuvalu menghadapi ancaman serius akan tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Para ilmuwan memprediksi bahwa sebagian besar atol utama negara itu, Funafuti, bisa berada di bawah air pada tahun 2050. Geografi Tuvalu yang rendah membuatnya sangat rentan terhadap dampak pemanasan global, termasuk kejadian cuaca yang lebih sering dan parah.
Berikut adalah gambaran lebih detail mengenai situasi tersebut:
Kerentanan Geografis
Tuvalu adalah negara yang terdiri dari sembilan atol dan pulau karang dataran rendah. Ketinggian rata-rata pulau-pulau ini hanya beberapa meter di atas permukaan laut, menjadikannya sangat rentan terhadap kenaikan permukaan air laut.
Dampak Perubahan Iklim
- Kenaikan Permukaan Air Laut: Pemanasan global menyebabkan permukaan air laut naik, dan Tuvalu mengalaminya dengan laju yang lebih cepat dari rata-rata global, menurut Inside Climate News.
- Gelombang Badai dan Banjir Meningkat: Badai yang lebih sering dan intens, termasuk siklon, menyebabkan gelombang badai dan banjir yang memperparah efek kenaikan permukaan air laut.
- Intrusi Air Asin: Kenaikan permukaan air laut menyebabkan air asin mencemari pasokan air tawar dan lahan pertanian, yang berdampak pada produksi pangan.
Konsekuensi
- Pengungsian dan Migrasi: Banyak warga Tuvalu sudah bermigrasi karena dampak perubahan iklim.
- Kehilangan Tanah dan Mata Pencarian: Saat laut mengikis daratan, warga Tuvalu kehilangan rumah dan tanah mereka, yang berdampak pada kemampuan mereka untuk mempertahankan hidup.
- Ancaman terhadap Warisan Budaya: Tenggelamnya Tuvalu berarti hilangnya budaya dan sejarah uniknya.
Tuvalu Upaya Adaptasi dan Mitigasi
- Inisiatif Negara Digital: Menjajaki kemungkinan untuk menjadi negara digital pertama di dunia, melestarikan budaya dan sejarahnya di metaverse.
- Reklamasi Tanah: Upaya sedang dilakukan untuk mereklamasi tanah dan meninggikan struktur yang ada, tetapi ini mahal dan mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.
- Kerja Sama Internasional: Tuvalu bekerja sama dengan komunitas internasional untuk mengatasi perubahan iklim dan mencari dukungan untuk tindakan adaptasi dan mitigasi.
Situasi negara tersebut menyoroti kebutuhan mendesak akan tindakan global untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya yang menghancurkan negara-negara pulau yang rentan. (*/S-01)