
TINGKAT radiasi di kawasan Teluk tetap berada dalam batas normal pascakonflik 12 hari yang merusak beberapa fasilitas nuklir di Iran, demikian disampaikan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi, Senin (30/6).
Mengutip data regional yang dilaporkan secara rutin ke IAEA melalui International Radiation Monitoring System (IRMIS), Grossi menegaskan bahwa jaringan pemantauan yang mencakup 48 negara ini akan mendeteksi jika terjadi pelepasan radiasi dalam jumlah signifikan dari reaktor nuklir yang rusak.
“Dari sisi keselamatan nuklir, Reaktor Nuklir Bushehr dan Reaktor Riset Teheran di Iran menjadi perhatian utama kami. Serangan terhadap fasilitas-fasilitas tersebut termasuk saluran listrik luar berpotensi menyebabkan kecelakaan radiologis dengan dampak yang tidak hanya dirasakan di Iran, tetapi juga bisa meluas ke luar negeri, terutama untuk fasilitas di Bushehr. Namun hal itu tidak terjadi, sehingga skenario terburuk dapat dihindari,” ujar Grossi.
Ia kembali menegaskan bahwa fasilitas nuklir tidak boleh menjadi sasaran serangan.
Berdasarkan informasi yang diterima dari Otoritas Regulasi Nuklir Iran, IAEA menyimpulkan bahwa serangan Israel dan Amerika Serikat terhadap situs nuklir Iran bulan ini kemungkinan hanya menyebabkan pelepasan radiasi.
Dan dampak toksik dalam skala lokal di dalam fasilitas yang terdampak. Namun, sejauh ini tidak ada laporan peningkatan tingkat radiasi di luar lokasi.
Grossi juga menekankan pentingnya kelanjutan kegiatan verifikasi oleh inspektur IAEA di Iran, sesuai dengan Perjanjian Pengamanan Komprehensif (Comprehensive Safeguards Agreement/CSA) yang telah disepakati antara Iran dan badan tersebut. (*/S-01)