
KOMISI Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah bekerja sama dengan PWI me-launching buku terbarunya, ‘Ora Sengketa Ora Enak – Potret Pertarungan Menuju Jateng-1’ di Hotel Kotta, kawasan Kota Lama Semarang pada Jumat (18/4).
Peluncuran buku yang dikemas dalam launching dan bedah buku dilakukan oleh Ketua KPU Jateng Handi Tri Ujiono didampingi Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS.
Ketua KPU Handi Tri Ujiono menyampaikan, buku setebal 178 halaman itu merupakan refleksi kinerja KPU karena memotret dinamika pada Pilkada 2024, khususnya Pilgub yang berlangsung lancar namun muncul sengketa mengingat salah satu paslon mengajukan gugatan ke Mahkamah Konsitusi (MK).
Sengketa dinilai sebagai hal yang di luar tradisi dan menjadi sejarah karena baru pertama kali terjadi selama penyelenggaan Pilgub Jateng secara langsung sebanyak empat kali sejak 2008.
Perkaya algoritma
Bagi KPU, meskipun sengketa ini ujungnya antiklimaks menyusul pencabutan gugatan, namun realitas ini justru memperkaya algoritma baru untuk bagaimana menghadapi sebuah sengketa.
”Seperti kita pahami episentrum Pilkada serentak 2024, tradisinya tampaknya bergeser dari DKI Jakarta ke Jawa Tengah. Itu disebabkan karena background dari pasangan calon yang seperti dinarasikan oleh buku ini adalah para jenderal, sehingga dimaknai sebagai perang bintang,” tandasnya.
Handi berharap, buku yang menurutnya ”Out of the box” dari segi judul ini bisa menjadi legacy atau warisan bahwa di Pilkada 2024 ada peristiwa sengketa. Selain itu, buku ”Ora Sengketa Ora Enak” (OSOE) yang disusun bersama tim wartawan dari PWI Jateng ini memberikan manfaat.
Merasa Puas
Menurut Muslim, buku OSOE sesungguhnya merefleksikan fase perjalanan Pilgub Jateng 2024 yang penuh ingar bingar, tapi justru mengalami puncaknya pada proses sengketa. Dan titik klimaksnya terjadi ketika paslon mendadak mencabut gugatan di MK.
”Semua saya kira plong dan marem (puas) begitu ada pencabutan gugatan. KPU sumrimgah, pemohon juga puas, termohon apalagi. Inilah mengapa kami sebut pencabutan gugatan merupakan klimaks dari rentetan proses Pilgub ini. Sekali lagi, sengketa membuat kami belajar bagaimana menyikapi situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan, dan pelajaran berharga dalam menyelenggarakan Pemilu,” katanya.
Di bagian lain, Amir Machmud NS mengakui baru kali ini mendapatkan tugas menyusun buku yang pengerjaannya ala Bandung Bondowoso karena berkejaran dengan waktu. Tak sampai sebulan, teknis dan substansi buku OSOE sudah selesai.
”Buku ini adalah dokumentasi, referensi, dan pembelajaran bagi penyelenggara pemilu dalam hal ini KPU. Saya juga berharap buku ini bisa mengisi ruang-ruang kuliah dan menjadi bahan bacaan bagi pemilih pemula,” kata wartawan yang sudah menulis 26 judul buku ini.
Yang membuat buku ini lengkap, karena ada sambutan Ketua KPU RI Mochammad Afifuddin yang menilai buku OSOE adalah napak tilas bagi perjalanan demokrasi di Jateng yang ditulis secara ringan, akrab, dan lugas sehingga mudah dicerna. Dia juga mengapresiasi kinerja KPU Jateng yang telah berhasil melewati dinamika berat dalam Pilgub Jateng.(Htm/N-01)