BERTEPATAN dengan peringatan hari kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Senin Pon malam Selasa Wage tahun Jawa Je 1958 bulan tanggal 30 Jumadilawal atau 2 Desember 2024, Kawedangan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat akan kembali menggelar Uyon-uyon Hadiluhung di Bangsal Kasatriyan, Kraton Yogyakarta.
Bersamaan dengan pelaksanaan Uyon-uyon Hadiluhung ini akan dipentaskan pula pertunjukan Beksan Tarunayuda. Namun untuk menyaksikan secara langsung, reservasi telah penuh.
Meski begitu, masyarakat masih dapat menyaksikan secara daring melalui kanal YouTube Kraton Jogja mulai pukul 19.00 WIB.
Komposisi gending yang akan ditampilkan dalam Uyon-uyon Hadiluhung ini dibuka dengan Gendhing Pambuka Prabu Mataram Laras Slendro Pathet Sanga disusul dengan Gendhing Soran, Gendhing Lirihan I, II dan III serta ditutup dengan Ladrang Tedhak Saking Laras Pelog Pathet Barang.
Karya baru
Sementara Beksan Tarunayuda yang akan ditampilkan, merupakan karya tari baru Sri Sultan HB X atau disebut Yasan Dalem Enggal. Beksan ini masuk dalam kelompok beksan kakung gaya Yogyakarta.Ragam gerak Beksan Tarunayuda menyerap sifat dari ragam gerak kalang kinantang yang disesuaikan dengan ragam perwatakan karakter kedua tokoh yang berperang.
Dalam tarian ini keduanya digambarkan berkarakter yang sama, yaitu berwatak keras, angkuh, sekaligus dinamis. Beksan Tarunayuda menceritakan peperangan antara Arya Setyaki (Sencaki) melawan Singamulangjaya.
Penyatuan jiwa
Pemerangan kedua tokoh ini dalam pewayangan muncul dalam lakon Bedhah Dwarawati, saat Narayana naik tahta menjadi raja di Dwarawati bergelar Sri Bathara Kresna atau Prabu Kresna.Dalam peperangan tersebut keduanya sama-sama memiliki kemampuan yang hebat.
Namun pada akhirnya, Sencaki berhasil mengalahkan Singamulangjaya. Sukma Singamulangjaya kemudian menyatu/menitis pada tubuh Sencaki. Peristiwa penyatuan jiwa ini merupakan awal mula Sencaki memiliki nama lain Singamulangjaya. (AGT/R-01)